BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pendidikan akan dapat dilaksanakan secara mantap, jelas arah
tujuannya, relevan isi kurikulumnya, serta efektif dan efisien metode atau
cara-cara pelaksanaannya hanya apabila dilaksanakan dengan mengacu
pada suatu landasan yang kokoh. Sebab itu, sebelum melaksanakan pendidikan,
para pendidik perlu terlebih dahulu memperkokoh landasan pendidikannya.
Pendidikan merupakan bagian penting
dari kehidupan yang sekaligus membedakan manusia dengan makhluk
hidup lainnya. Hewan juga “belajar” tetapi lebih ditentukan oleh instinknya,
sedangkan manusia belajar berarti merupakan rangkaian kegiatan
menuju pendewasaan guna menuju kehidupan yang lebih berarti.
Mengingat hakikat pendidikan adalah humanisasi, yaitu
upaya memanusiakan manusia, maka para pendidik perlu memahami
hakikat manusia sebagai salah satu landasannya. Konsep hakikat manusia
yang dianut pendidik akan berimplikasi terhadap konsep dan praktek
pendidikannya.
Pandangan klasik tentang pendidikan,
pada umumnya dikatakan sebagai pranata yang dapat menjalankan tiga fungi
sekaligus. Pertama, mempersiapkan generasi muda untuk memegang peranan-peranan
tertentu pada masa mendatang. Kedua, mentransfer pengetahuan, sesuai dengan
peranan yang diharapkan. Ketiga, mentransfer nilai-nilai dalam rangka
memelihara keutuhan dan kesatuan masyarakat sebagai prasyarat bagi kelangsungan
hidup masyarakat dan peradaban. Butir kedua dan ketiga tersebut memberikan
pengerian bahwa pandidikan bukan hanya transfer of knowledge tetapi
juga transfer of value. Dengan demikian pendidikan dapat menjadihelper bagi
umat manusia.
Landasan Pendidikan marupakan salah
satu kajian yang dikembangkan dalam berkaitannya dengan dunia pendidikan.
Adapun cakupan landasan pendidkan adalah : landasan hukum, landasan filsafat,
landasan sejarah, landasan sosial budaya, landasan psikologi, dan landasan
ekonomi. Dalam makalah ini hanya akan dibahas mengenai landasan filsafat.
Terdapat banyak alasan untuk mempelajari filsafat
pendidikan, khususnya apabila ada pertanyaan rasional yang seyogyanya tidak
dapat dijawab oleh ilmu atau cabang ilmu-ilmu pendidikan. Pakar dan praktisi
pendidikan memandang filsafat yang membahas konsep dan praktik pendidikan
secara komprehensif sebagai bagian yang sangat penting dalam menentukan
keberhasilan pendidikan. Terlebih lagi, di tengah arus globalisasi dan
modernisasi yang melaju sangat pesat, pendidikan harus diberi inovasi agar
tidak ketinggalan perkembangan serta memiliki arah tujuan yang jelas. Di
sinilah perlunya konstruksi filosofis yang mampu melandasi teori dan praktek pendidikan
untuk mencapai keberhasilan substantif.
1.2.
Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas permasalah ini dapat dirumuskan
menjadi:
1. Apakah pengertian landasan
filosofis pendidikan.
2. Apa saja aliran filsafat dan
bagaimana implikasinya terhadap pendidikan
3. Apakah pengertian manajemen
pendidikan.
1.3.
Tujuan.
1. Mengetahui pengertian
landasan filosofis pendidikan
2.
Mengetahui berbagai aliran filsafat dan implikasinya terhadap pendidikan.
3. Mengetahui pengertian manajemen
pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian
Landasan Filosofis
Landasan filosofis bersumber dari
pandangan-pandangan dalam filsafat pendidikan, menyangkut keyakinan terhadap
hakekat manusia, keyakinan tentang sumber nilai, hakekat pengetahuan, dan
tentang kehidupan yang lebih baik dijalankan. Aliran filsafat yang kita kenal
sampai saat ini adalah Idealisme, Realisme, Perenialisme, Esensialisme,
Pragmatisme dan Progresivisme dan Ekstensialisme
Landasan filosofis merupakan
landasan yang berkaitan dengan makna atau hakikat pendidikan, yang berusaha
menelaah masalah-masalah pokok seperti: Apakahbependidikan itu ? Mengapa pendidikan
itu diperlukan ? Apa yang seharusnya menjadi tujuanya, dan sebagainya. Landasan
filosofis adalah landasan yang berdasarkan atau bersifat filsafat (falsafah).
Kata filsafat (philosophy) bersumber dari bahasa
Yunani, philien berarti cinta dan sophia berarti kebijaksanaan. Cinta
berarti hasrat yang besar atau yang berkobar-kobar atau yang
sungguh-sungguh. Kebijaksanaaan artinya kebenaran sejati atau kebenaran yang
sesungguhnya. Jadi filsafat artinya hasrat atau keinginan yang sungguh-sungguh
akan kebenaran sejati (Soetriono dan Rita Hanafi, 2007: 20).
2.2.
Aliran Dalam Landasan Filosofis Pendikakan
Agar uraian tentang filsafat
pendidikan ini menjadi
lebih lengkap, berikut ini diuraikan bebrapa aliran filsafat pendidikan yang
dominan di dunia ini, Aliran
itu ialah :
1) Idealisme, 2) Realisme, 3) Perenialisme,
4) Esensialisme, 5) Pragmatisme dan progresivisme, dan 6) Eksistensialisme
2.2.1. Aliran Idealisme
Menegaskan bahwa hakekat kenyataan
adalah ide sebagai gagasan kejiwaan. Apa yang dianggap kebenaran realitas
hanyalah bayangan atau refleksi dari ide sebagai kebenaran berfilsafat
spiritual atau mental. Ide sebagai gagasan kejiwaan itulah sebagai
kebenararan atau nilai sejati yang obsolut dan abadi.Terdapat variasi pendapat
beserta namanya masing-masing dalam aliran ini seperti spiritualisme,
rasionalisme, neokantianisme, dan sebagainya. Variasi itu antara lain menekankan
pada akal dan rasio pada rasionalisme atau sebaliknya pada ilham untuk
irasionalisme, dan lain-alain. Meskipun terjadi variasi pendapat tersebut,
namun pada umunya aliran itu menekankan bahwa pendidikan merupakan kegiatan
intelektual untuk membangkitkan ide-ide yang masih laten, anatara
lain melalui intropeksi dan tanya jawab. Oleh karena itu sebagai lembaga pendidikan,
sekolah berfungsi membantu siswa mencari dan menemukan kebenaran, keindahan dan
kehidupan yang luhur.
2.2.2. Aliran Realisme
Realisme demikian aliran filsafat
ini kerap dipandang sebagai sisi keping yang berbeda dari idealisme,hadir
menjadi reaksi corak idealisme yang cenderung abstrak dan metafisik. Instrumen
utama realisme adalah indra dan terlepas dari asumsi pengetahuan yang di
konstruksi akal pikir. Ini menjadi pembeda tegas dengan idealisme yang justru
lebih bepegang pada kondisi-kondisi mental akal pikiran.
Selanjutnya realisme agaknya di
pengaruhi dua filsuf terkemuka,yaitu Franci Bacon (1561-1626) dengan
pemikirannya tentang metodologi induktif serta John Locke tentang konsep
akal-pikir jiwa manusia yang disebut “tabula rasa”,ruang kosong tak ubahnya
kertas putih kemudian menerima impresi lingkungan.
2.2.3. Aliran Perenialisme
Istilah “perenialisme”berasal dari
bahasa latin,yaitu dari akar “perenis” atau “perenial”(bahasa inggris)yang
berarti tumbuh terus melalui waktu ,hidup terus dari waktu ke waktu atau abadi.
Maka, pandangan selalu memercayai mengenai adanya nilai-nila,norma-norma yang
bersifat abadi dalam kehidupan ini. Perenialisme memandang pendidikan sebagai
jalan kembali atau proses mengembalikan keadaan sekarang. Perenialisme
merupakan aliran filsafat mendasarkan padaatuan,bukan
mencerai-beraikan;menemukan persamaan-persamaan, bukan membanding-bandingkan;
serta memahami isi,bukan melihat luar atas berbagai aliran dan Pemikiran. Dalam
pendidikan, kaum perenialis berpandangan bahwa dalam dunia yang tidak menentu
dan penuh kekacauan serta membahayakan, seperti yang kita rasakan dewasa ini,
tidak ada satupun yang lebih bermanfaat dari pada kepastian tujuan pendidikan,
serta kesetabilan dalam perilaku pendidik. Perensialisme adalah aliran
pendidikan yang megutamakan bahan ajaran konstan (perenial) yakni kebenaran,
keindahan, cinta kepada kebaikan universal.
Perenialisme menekankan keabadian teori kehikmatan yaitu :
·
Pengetahuan yang benar (truth)
·
Keindahan (beauty)
·
Kecintaan kepada kebaikan (goodness)
Oleh karena itu, dinamakan perenialisme karena kurikulumnya
berisi materi yang konstan atau perennial.
Prinsip pendidikan antara lain:
(1)
Konsep
pendidikan itu bersifat abadi karena hakekat manusia tidak pernah berubah.
(2)
Inti
pendidikan haruslah mengembangkan kekhususan makluk manusia yang unik, yaitu kemampuan berpikir.
(3)
Tujuan
belajar adalah mengenal kebenaran abadi dan universal
(4)
Pendidikan
merupakan persiapan bagi kehidupan sebenarnya.
(5)
Kebenaran
abadi itu diajarkan
melalui pelajaran-pelajaran dasar (basic subject).
2.2.4.
Aliran Esensialisme
Esensialisme kerap diungkapkan sebagai reaksi kedua terhadap
progrevisisme tahun 1930-an. Esensialisme memandang bahwa pendidikan harus
berpijak pada nilai-nilai yang memiliki kejelasan dan tahan lama yang
memberikan kestabilan dan nilai-nilai terpilih yang memiliki tata
yang jelas.Idealisme dan realisme adalah aliran filsafat yang membentuk corak
esensialisme. Dasar filosofi esensialisme terutama memandang bahwa setiap jenis
tertentu tidak lain adalah entitas yang memiliki seperangkat
karakteristik dan sifat yang bersifat (given)atau terberikan sejak
keberadaannya yang pertama kali. Esensialisme berupaya untuk mengajar siswa
dengan berbagai pengetahuan sejarah melalui mata kuliah inti dalam disiplin
akademis tradisional.Esensialisme juga bermaksud menanamkan pengetahuan sejarah
melalui mata kuliah inti dalam disiplin akademis tradisional.Esensialisme
mempunyai tinjauan mengenai kebudayaan dan pendidikan yang berbeda dangan
progresivisme.
Filsafat pendidikan Esensialisme bertitik tolak dari
kebenaran yang telah terbukti berabad-abad lamanya. Kebenaran seperti itulah
yang esensial, yang lain adalah suatu kebenaran secara kebetulan
saja. Kebenaran yang esensial itu ialah kebudayaan klasik yang
muncul pada zaman romawi yang menggunakan buku-buku klasik ditulis dengan
bahasa latin yang dikenal dengan nama Great Book. Buku ini sudah
berabad-abad lamanya mampu membentuk manusia –manusia berkaliber
internasional. Inilah bukti bahwa kebudayaan ini merupakan suatu kebenaran yang
esensial. Tokohnya antara lain Brameld. Esensialisme adalah mashab
pendidikan yang mengutamakan pelajaran teoretik (liberal arts) atau bahan ajar
esensial.
2.2.5.
Aliran Pragmatisme dan progresivisme
Aliran progresivisme lahir di
amerika, akhir abad 19 menjelang awal abad 20. Mula-mula ,istilah ini
bersifat sosiologi guna menyebut gerakan sosial politik di amerika,
ketika proses indrustrialisasi dan urbanisasi menjadi gejala yang begitu
massif. John dewey(1859-1952) adalah satu tokoh yang kerap di pandang menjadi
pelopor lahirnya aliran progrevisisme. Sementara Dewey tidak lain adalah filsuf
beraliran pragmatisme. Bisa dikatakan bahwa progresivisme sangat di pengaruhi
filsafat pragmatisme,yang lebih banyak terpusat pada
eksperimentasi-eksperimentasi yang berdasarkan investigasi-investigasi ilmiah
sains modern yang memandang betapa pengalaman selalu menjadi hal yang pokok dan
utama. Dalam gerakan pendidikan ini,sekolah-sekolah menjadi ruang yang
benar-benar bebas gejala-gejala indoktrinisasi dan praktik-praktik otoritatif.
Pragmatisme merupakan aliran
filsafat yang mengemukakan bahwa segala sesuatu harus dinilai dari segi
kegunaan pragtis, dengan kata lain paham ini
menyatakan yang berfaedah
itu harus benar, atau ukuran kebenaran didasarkan pada kemanfaatan dari sesuatu
itu kepada manusia .aliran ini melahirkan progresivisme yang menentang
pendidikan tradisional.
2.3 Teori Manajeman Pendidikan
Teori manajemen dari
masa ke masa mengalami perkembangan baik cara pendekatan teoritis dan
impelementasinya serta dari setiap perkembangan teori memiliki kelemahan dan
kelebihan.
Perkembangan teori manajemen diantaranya,
yaitu:
- Teori Klasik
- Teori Neo-Klasik
- Teori Manajemen
1. Teori Klasik
Asumsi teori klasik:
Bahwa para pekerja atau
manusia itu sifatnya rasional, berfikir logis, dan kerja merupakan suatu yang
diharapkan. Oleh karen itu teori klasik berangkat dari premis bahwa organisasi
bekerja dalam proses yang logis dan rasional dengan pendekatan ilmiah dan
berlangsung menurut struktural atau anatomi organisasi.
Para pelopor teori klasik menjelaskan
pendapatnya tentang teori yang berkaitan dengan teori klasik, diantarannya,
sebgai berikut:
Frederik W. Taylor (1856-1915)
Pendekatan ilmiah ini
dipandang bahwa yang menjadi sasaran manajemen
adalah mendapatkan kemakmuran maksimum bagi
pengusaha dan karyawannya.
Untuk manajemen harus melaksanakan prinsip-prinsip
diantaranya:
- Perlu dikembangkan ilmu dari setiap tugas (pedoman gerak,implementasi kerja yang standar dan iklim kerja yang layak)
- Pemeilihan karyawan yang tepat sesuai dengan persyaratan kerja
- Perlunya pelatihan dan pemberian rangsangan
- Perlunya dilakukan penelitian-penelitian dan percobaan-percobaan
Gilbreth (1911)
Prinsip studi waktu, dinyatakan bahwa semua
usaha yang proruktif harus diukur dengan studi waktu secara teliti (time and
motion study) ukuran standar harus diberikan semua pekerjaan.
Gulick dan Urwick (1930)
Pelpor ini mengeluarkan
pendapatnya tentang pedoman manajemen yang populer dengan akronim POSDCORB (Planning,
Organizing, Staffing, Directing, Coordinating, Reporting, budgetting) sebagai
kegiatan manajerial dan merupakan proses manajemen. Perinsip-prinsip pokok
menurut Fayol adalah :
- Kesatuan komando, dianggap penting karena pembagian tugas dalam organisasi sudah sangan spesialis.
- Wewenang harus dapat didelegasikan
- Inisiatif harus dimiliki oleh setiap manajer
- Adanya solidaritas kelompok
Prinsip-prinsip ini menurut
Fayol tidak bersifat kaku seperti halnya Taylor, Menyarankan bahwa
pelaksanaan prinsip-prinsip tersebut bersifat lunak.
Menurut Weber birokrasi
merupakan usaha untuk menghilangkan tradisi organisasi yang membuat keputusan
secara emosional, atau berdasarkan ikatan kekeluargaan sehingga mengakibatkan
organisasi tidak efektif.
Meskipun diakui bahwa
birokrasi memiliki keunggulan-keunggulan dalam mencapai efesiensi organisasi,
tetapi terdapat beberapa kelemahan, diantara lain:
- Menimbulkan kecenderungan untuk merengsang dan mengembangkan cara berfikir yang konformitas
- Rutinitas yang membosankan
- Ide-ide inovatif tidak berkembang, karena kejenuhan akibat padatnya pesan dan alur yang harus dilalui
- Tidak memperhitungkan adanya organisasi informal yang seringkali berpengaruh terhadap organisasi formal
Fillley, Kerr dan hous (1976)
Kelemahan-kelemahan teori klasik secara garis
besar dikemukakn sebagai berikut:
- Teori kelasi adalah teori yang terikat waktu. Teori ini cocok diterapkan pada abad dua puluhan, karna motif pekerja waktu itu terutama memenuhi kebutuhan fisiologis.
- Teori klasik mempunyai ciri-ciri deterministik. Teori sangat menekankan pada prinsip-prinsip manajemen dan tidak memperhitungkan berbagai dimensi dalam manajemen seperti motivasi, pengambilan keputusan, dan hubungan informal
- Teori ini merumuskan merumuskan asumsi secara eksplisit. Malahan banyak asumsi yang lemah dan tidak lengakap secara implisif teori klasik itu. Antara lain: efesiensi hanya diukur oleh tingkat produktivitas yang hanya menyangkut penggunaan sumber secara ekonomis tanpa memperhitungkan faktor manusiawi.
2. Teori Neo-Klasik
Teori ini timbul sebagian
karena pada para manajer terdapat berbagai kelemahan dengan pedekatan klasik.
Pada kenyataannya manajer ada kesulitan dan menjadi frustasi karena orang tidak
selalu mengikuti pada pola tingkah laku yang rasional. Dengan adanya perihal
yang peralihan yang lebih berorientasi pada manusia deikenal dengan pendekatan
perilaku sebagai ciri utama teoeri Neo-klasik.
Asumsi teori neo-klasik
Manusia itu adalah makhluk
dengan mengaktualisasikan dirinya Para pelopor teori Neo-klasik diantaranya,
sebgai berikut:
Elton Mayo
Menurutnya dengan studi
hubungan antara manusia, atau tingkah laku manusia dalam situasi kerja terkenal
dengan studi Hawthorne.
Berdasarkan hasil studi ini
ternyata kelompok kerja informal lingkungan sosial pekerja mempunyai pengaruh
yang besar terhadap produktivitas.
Chester I. Barnard (1976)
Menyatakan:
- bahwa hakikat organisasi adalah kerjasama, yaitu kesediaan orang saling berkomunikasi dan berintraksi untuk mencapai tujuan bersama.
- suatu manajemen dapat bekerja secara efesien dan tetap hidup jika tujuan organisasi dan kebutuhan perorangan yang bekerja pada organisasi itu dijaga seimbang.
Douglas McGregor
Pendapatnya bahwa
manajemen akan mendapatkan manfaat besar bila ia menaruh perhatian pada
kebutuhan sosial dan aktualisasi diri karyawan.
Dua teori yang di
ungkapkannya Gregor yaitu Menejer menganut teori X dan Y
TEORI X YANG BERASUMSI
|
IMPIKASI
|
Bahwa
karyawan itu tidak menyukai kerja, tidak ada mabisi, tidak bertanggungjawab,
menolak perubahan dan lebih baik dipimpin daripada memimpin
|
Menejer
Cenderung banyak mengarahkan, yang akibatnya tingkat kebergantungan karyawan
kepada atasan sangat tinggi dan enggan bertindak
|
TEORI
Y YANG BERASUMSI
|
IMPLIKASINYA
|
Karyawan
bersedia bekerja, bertanggungjawab, mampu mengendalikan diri, dan
berpandangan luas serta kreatif
|
Menejer
cenderung mendorong karyawannya untuk berpartisipasi, ada kebebasan, dan
bertanggungjawab.
|
Porte dan Lawyer (1968)
Mengutarakan teori ekspektasi yang berhasil
membuat model motivasi dimana upaya (kekuatan dari motivasi dan energi) bergantung
pada nilai imbalan (reward) ditambah energi yang dicurahkan dan probabilitas
untuk mendapat imbalan
PRILAKU MANUSIA
Marwan Asri (1989)
Marwan Asri memperjelas dan menyikapi bahwa
teori neo-klasik menangani tentang prilaku manusia dalam sebuah organisasi.
Perilaku manusia dapat dipengaruhi oleh 3
variabel, yaitu:
- Variabel individu, mencakup faktor kemampuan dan keterampilan mental, fisik, latar belakang keluarga, tingkat sosial, pengalaman, umur, dan jenis kelamin.
- Variabel organisasi, terdiri dari faktor sumber daya yang tersedia, gaya kepemimpinan , sistem imbalan, struktur organisasi dan disain pekerjaan, dan
- Variabel psikologi, terdiri atas beberapa faktor, berupa persepsi, sikap, kepribadian, proses belajar, dan motivasi.
Berdasarkan kajian tentang masalah perilaku,
dapat disimpulkan
- Perilaku timbul karena suatu sebab
- Perilaku diarahkan untuk mencapai tujuan
- Perilaku yang dapat diamati dapat diukur
- Perilaku tidak langsung dapat diamati (misalnya berfikir) juga penting untuk mencapai tujua
- Perilaku bermotivasi.
3. Teori Modern
Pendekatan modern
berdasarkan hall yang sifatnya situsional. Artinya orang menyesuaikan diri
dengan situasi dihadapi dan mengambil keputusan sesuai dengan situasi dan
kondisi lingkungan
Asumsi teori modern
Manusia itu berlainan dan
berubah, baik kebutuhannya, reaksinnya, tindakannya yang semuanya bergantung
pada lingkungan. Selanjutnya manusia itu berkerja dalam suatu sistem
untuk mencapai tujuan tertentu.
Pendekatan sistem terhadap
manajemen berusah untuk memandang organisasi sebagai sebuah sistem yang menyatu
dengan maksud tertentu yang terdiri atas bagian-bagian yang saling berhubungan.
Menurut Murdik dan Rossa,
sistem organisasi itu sendiri dari individu, organisasi formal, organisasi
informal, gaya kepemimpinan, dan perangkat fisik yang satu sama lain saling
berhubungan.
Sistem diidentifikasikan mempunyai makna,
yaitu:
- Terdiri dari bagian-bagian yang saling berkaitan satu dengan yang lainya
- Bagian-bagian yang saling berhubungan itu dapat berfungsi baik secara independen maupun secara bersama-sama
- Berfungsinya bagian-bagian tersebut ditunjukan untuk mencapai tujuan umum secara keseluruhan
- Suatu sistem yang terdiri dari bagian-bagian itu sendiri dalam suatu lingkungan yang kompleks.
Prinsip-prinsip yang digunakan dalam
manajemen berdasarkan sistem, mencakup:
- Manajemen berdasarkan sasaran
- Manajemen berdasarkan teknik
- Manajemen berdasarkan struktur
- Manajemen berdasarkan orang
- Manajemen berdasarkan informasi
Di dalam pencapaian tujuan organisasi,
menurut teori sistem harus didasarkan lima asumsi dan lima prinsip kerja,
diantaranya adalah:
ASUMSI
|
PRINSIP
|
1.
Organisasi merupakan sistem terbuka
|
1.
Service untuk lingkungan
|
2.
Organisasi mencari prestasi maksimum
|
2.
Prinsip optimasi
|
3.
Tujuan organisasi sangat berjenis-jenis
(bervariasi)
|
3.
Multidimensional
|
4.
Tujuan organisasi saling
kebergantungan
|
4.
Prinsip keharmonisan
|
5.
Tujuan organisasi berubah-ubah
|
5.
Prinsip pengurangan resiko
|
Secara lebih spesifik Ryans (1968)
mengemukakan karakteristik sistem dibidang pendidikan, sebagai berikut:
- Berbagai subsistem, baik fasilitas fisik maupun sumber-sumber lain yang berhubungan dengan sub-sistem, merupakan komponen yang saling bergantungan dan saling berhubungan
- Kondisi yang perlu untuk terjadi interaksi antara elemen dari suatu sistem, adalah adanya jaringan informasi bersama (a common information network). Kemungkinan antara elemen itu sangat penting dalam menjamin berfungsinya suatu sistem sebagiai kesatuan (entity) yang terorganisasi dalam menjamin sistem itu untuk menghasilkan keluaran
- Berfungsinya sistem pendidikan pada dasarnya bergantung kepada berfungsinya kontrol terhadap aliran dan transformasi informasi antara elemen dalam sistem tersebut dan antara beberapa sisem yang ada di luar yang berpengaruh terhadap pendidikan.
- Pengelolaan informasi merupakan hal yang inherent dalam berfungsinya suatu sistem. Pengelolaan informasi adalah aktivitas pengamatan (sensing) penyaringan (filtering) pengaturan dan antrian (queuing), pengklasifikasian (classifying) penyimpanan sementara (temporary storing), pensintesisan (synthesizing), transformasi dan pengiriman informasi sehingga tujuan sistem tercapati.
Secara lebih spesifik Ryans
(1968) mengemukakan karakteristik sistem di bidang pendidikan, sebagai berikut:
- Berbagai subsistem, baik fasilitas fisik maupun sumber-sumber lain yang berhubungan dengan subsistem, merupakan komponen yang saling bergantungan dan saling berhubungan.
- Kondisi yang perlu untuk terjadi interaksi antara elemen dari suatu sistem, adalah adanya jaringan informasi bersama (a common information network). Kemungkinan antara elemen itu sangat penting dalam menjamin berfungsinya suatu sistem sebagiai kesatuan (entity) yang terorganisasi dalam menjamin sistem itu untuk menghasilkan keluaran.
- Berfungsinya sistem pendidikan pada dasarnya bergantung kepada berfungsinya kontrol terhadap aliran dan transformasi informasi antara elemen dalam sistem tersebut dan antara beberapa sisem yang ada di luar yang berpengaruh terhadap pendidikan.
- Pengelolaan informasi merupakan hal yang inherent dalam berfungsinya suatu sistem. Pengelolaan informasi adalah aktivitas pengamatan (sensing) penyaringan (filtering) pengaturan dan antrian (queuing), pengklasifikasian (classifying) penyimpanan sementara (temporary storing), pensistensian (synthesizing), transformasi dan pengiriman informasi sehingga tujuan sistem tercapati.
Pendekatan sistem/analisis sistem (system
analysis)
Pendekatan sistem berfungsi sebagai:
Ø
Problem solving
Ø Decision
making
Pendekatan/analisis sistem mencakup
- Menyadari adanya masalah
- Mengidentifikasi variabel yang relevan
- Menganalisis dan mensistentensiskan faktor-faktor
- Menentukan kesimpulan dalam bentuk program kegiatan.
Alasan pendekatan sistem sangat diperlukan
oleh dunia pendidikan
- Lembaga-lembagan pendidikan telah menjadi sangat kompleks dan semakin sulit untuk dikelola. Cara-cara tradisional dalam pengelolaan/manajemen tidak mampu lagi atau kurang efektif untuk menyelesaikan tugas-tugas yang sesuai dengan perkembangan pendidikan.
- Prubahan-perubahan yang terjadi dalam organisasi pendidikan semakin lama semakin cepat. Banyak pengelola pendidikan mengalami kesulitan mengikuti perubahan dalam dunia pendidikan ini karena tidak mungkin mereka menjadi ahli dalam segala bidang, maka diperlukan pendekatan yang tepat memecahkan masalah semakin kompleks itu.
- Masalah langka para pengelola sistem dan satuan pendidikan yang profesional. Pada dasarnya mereka berasal dari guru bukan manajer profesional dalam pendidikan. Dalam setuasi seperti ini pendekatan sistem sangat membantu mereka dalam merencanakan, mengorganisasi, memimpin dan mengendalikan sistem pendidikan.
- Pertumbuhan pendidikan dan perkembangan yang relatif cepat dan disertai pertambahan anggaran yang tidak sedikit, seringkali mengurangai kesadaran terdapat kekeliruan-kekeliruan dalam merencanakan dan mengelola pendidikan. Dengan dana yang kurang memadai, kunci keberhasilan kegiatan pendidikan akan banyak bergantung pada ketepan dan kemampuan untuk merencanakan dan mengelola kegiatan tersebut. Dalam hal ini pendekatan sistem dapat membantu perencanaan pendidikan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber-sumber untuk pendidikan.
Kepercayaan masyarakat
terhadap lembaga pendidikan perlu ditingkatkan. Untuk itu diperlukan pendekatan
sistem agar efektivitas dan efisiensi juga meningkatkan tanpa itu sulit
terlaksana.
Keunggulan pendekatan sistem dalam mengelola
pendidikan
- Misi, sasaran, dan tujuan lembaga pendidikan dapat dijabarkan lebih jelas.
- Program-program yang dirumuskan selalu diarahkan pada tujuan dan sasaran.
- Orientasi kegiatan diarahkan pada hasi akhir.
- Perencanaan dipandang sebagai bagian integral dan keseluruhan operasi lembaga atau organisasi pendidikan.
- Sumber-sumber daya dapat dialokasikan dengan lebih efektif berdasarkan sekala prioritas yang disusun menurut besarnya sumbangan terhadap pencapaian tunjangan.
- Informasi yang diperlukan untuk perencanaan dan pengembalian keputusan dapat dirancang dan dikelola secara terpadu.
- Segala kegiatan dapat difokuskan pada pencapaian sasaran, sehingga pemborosan dapat ditekan seminimal mungkin.
- Pemimpin pengelola dapat dinilai hasil pekerjaannya secara objektif, karena sasaran pekerjaannya jelas.
- Pengelolaan dapat mengembangkan kreativitasnya dalam batas kewenangan yang telah ditetapkan, sepanjang mereka tetap beriorientasi pada tujuan akhir.
- Akuntabilitas dapat dirumuskan secara jelas dan operasional
- Umpan balik dapat diperoleh pada semua tingkat otoritas pendidikan, sehingga penyimpanan dalam usaha pencapaian tujuan dapat secara cepat diidentifikasi.
- Komunikasi antara komponen dapat terbina dengan lebih baik sehingga kesalahpahaman dapat dikurangi
- Pendelegasi kewenangan dan tanggung jawab dapat di laksanakan secara lebih baik.
BAB III
PENUTUP
3.1. Simpulan
Dari uraian di
atas dapat disimpulkan sebagai berikut :
a.
Filsafat membahas sesuatu dari segala
aspeknya yang mendalam sampai ke akar-akarnya, sedang kebenaran ilmu itu
bersifat relative, karena kebenaran ilmu hanya ditinjau dari segi yang diamati
dan hanya sebagian kecil saja.
b.
Untuk
mengembangkan ilmu Pendidikan yang bercorak Indonesia secara valid,
terlebih dahulu dibutuhkan pemikiran dan perenungan itu adalah filsafat yang
khusus membahas pendidikan yang tepat diterpkan dibumi Indonesia.
c.
Di Indonesia belum punya teori tentang pendidikan guru
dan tenaga kependidikanyang bercorak Indonesia.
3.2. Saran-Saran
a.
Makalah ini merupakan resume dari
berbagai sumber, untuk lebih mendalami isi makalah kiranya dapat merujuk pada
sumber aslinya yang tercantum dalam daftar pustaka.
b.
Kritik dan saran yang membangun
tentunya sangat diharapkan untuk kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Bahri,
Syamsul. 2007. Landasan Pendidikan. (http://www.wordpress.com/ syamsulbolg.html, diakses
tanggal 12 Pebruari 2011).
Fadli, 2010, Landasan Filsafat Dalam Pendidikan, (http://fadlibae.wordpress.com/diakses tanggal 19 Pebruari 2011).
Pidarta,
Made. 1997. Landasan Kependidikan. Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia Jakarta : Rineka Cipta.
PTS
Online. 2007. Pentingnya Landasan Filsafat Ilmu Pendidikan.(http://www.pts.co.id/filsafat.asp,
diakses tanggal 22 Pebruari
2011).
Setiawan,
Muhammad. 2007. Filsafat Pendidikan dan Implikasinya. RBI-Online.(www.rbi-online.com/filsafat-pendidikan-dan-implikasinya.html,
diakses tanggal 17 Pebruari 2011).
Soetriono dan SRDm Rita Hanafi, 2007, Filsafat Ilmu dan
Metodologi Penelitian, Yogyakarta : C.V Andi Ofset.
Landasan Filsafat Pendidikan Di Indonesia (http://wulandhary.blogspot.com/2012/06/landasan-filsafat-pendidikan-di.html)
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya hanturkan kepada
ALLAH SWT.Karena telah memberikan kita kesehatan. Shalawat serta salam tetap
kita curahkan kepada junjungan kita nabi besar Muhammad SAW. Karena dengan
perjuangan dan jihad dari dakwah beliau sekarang kita bisa merasakan nikmatnya
iman dan islam dari agama yang beliau sebarkan. Dan semoga kelak kita menjadi
umat yang beliau syafaati di padang tandus yang tidak kita temui syafaat selain
dari beliau.
Makalah ini dibuat dengan judul
“Landasan Filosofis Pendidikan” diharapkan bisa membuat pembaca mengerti
tentang landasan-landasan fiosofis pendidikan,serta mengetahui aliran-aliran
pendidikan.
Makalah ini masih sangat sederhana
dan masih banyak sekali ditemukan kekurangan baik isi , atau kata yang kurang
tepat dalam penyajiannya dan kami sangat mengharap kritik dan saran untuk
mrnyempurnakan makalah ini. Walaupun demikian makalah ini juga sangat
bermanfaat bagi kita karena dengan membaca makalah ini kita mengetahui
Pengertian landasan filosofis pendidikan dan aliran alirannya serta
implikasinya terhadap pendidikan. Demikian sebagai pengantar makalah ini
Kisaran, Oktober
2016
Penulis
i
|
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................
1.1 LatarBelakang..................................................................................
1.2 RumusanMasalah.............................................................................
1.3 Tujuan..............................................................................................
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................
2.1
Pengertian Filsafat Pendidikan.........................................................
2.2 Aliran Dalam Landasan Filosofis
Pendikakan..................................
2.3
Manajemen Pendidikan ....................................................................
BAB III PENUTUP..........................................................................................
3.1.
Simpulan...................................................................................
3.2.
Saran.........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................
ii
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar