BAB
I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Masa
neonatal masa sejak lahir sampai dengan 4 minggu (28 hari) sesudah kelahiran.
Bayi adalah anak yang belum lama lahir. Bayi baru lahir adalah bayi yang lahir
dari kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat badan lahir 2.500-4000
gram. Bayi adalah individu baru yang lahir di dunia. Dalam keadaannya yang
terbatas, maka individu baru ini sangatlah membutuhkan perawatan dari orang
lain.
Bayi
Baru Lahir adalah janin yang lahir melalui proses persalinan dan telah mampu
hidup di luar kandungan. Periode neonatal adalah periode yang sangat penting
dalam kehidupan. Dari penelitian menunjukkan bahwa lebih dari 50 % kematian
bayi terjadi pada periode neonatal yaitu dalam bulan pertama kehidupan. Kurang
baiknya penanganan bayi baru lahir yang lahir sehat akan menyebabkan
kelainan-kelainan yang dapat mengakibatkan cacat seumur hidup,bahkan kematian
.misalnya sebagai akibat hipotermi pada bayi baru lahir dapat terjadi cold
stress yang selanjutnya yang dapat menyebabkan hipoksemia atau hipoglikemia dan
mengakibatkan kerusakan otak, akibat selanjutnya adalah perdarahan otak, syok,
beberapa bagian tubuh mengeras dan keterlambatan tumbuh kembang.
Pada
dasarnya perkembangan abnormal tidak hanya mencakup gangguan perkembangan saja.
Perkembangan abnormal juga berkaitan dengan perkembangan yang lebih cepat atau
lebih bagus dari pada rata-rata, misalnya: anak yang memiliki kecerdasan di
atas rata-rata atau disebut anak berbakat. Oleh karena itu, dalam penyajian ini
perkembangan anak luar biasa, khususnya anak jenius atau berbakat disajikan
dalam satu kesatuan dalam perkembangan abnormal.
2. Rumusan Masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan Neonatus
Normal ?
2.
Apa Tanda-Tanda Neonatus
Normal ?
3.
Bagaimana Penanganan Neonatus Normal
?
4.
Bagaimana Asuhan kebidanan pada BBL
Normal ?
5.
Apa yang dimaksud dengan
perkembangan Neonatus abnormal ?
6.
Apa saja macam-macam dari
perkembangan Neonatus abnormal ?
7.
Bagaimana cara menangani masalah
perkembangan Neonatus abnormal ?
BAB
II
PEMBAHASAN
A. NEONATUS NORMAL
1. Pengertian Bayi
Normal
Ø
Menurut Saifuddin, (2002) Bayi baru
lahir adalah bayi yang baru lahir selama satu jam pertama kelahiran.
Ø
Menurut Donna L. Wong, (2003) Bayi
baru lahir adalah bayi dariv
lahir sampai usia 4 minggu. Lahirrnya biasanya dengan usia gestasi 38 – 42
minggu.
Ø
Menurut Dep. Kes. RI, (2005) Bayi
baru lahir normal adalah bayiv yang lahir dengan umur kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu
dan berat lahir 2500 gram sampai 4000 gram.
Ø
Menurut M. Sholeh Kosim, (2007) Bayi
baru lahir normal adalah beratv lahir antara 2500 – 4000 gram, cukup bulan, lahir langsung
menangis, dan tidak ada kelainan congenital (cacat bawaan) yang berat
Bayi
baru lahir umur 0 - 4 minggu sesudah lahir. Terjadiv penyesuaian sirkulasi dengan keadaan lingkungan, mulai
bernafas dan fungsi alat tubuh lainya. Berat badan dapat turun sampai 10 % pada
minggu pertama kahidupan yang dicapai lagi pada hari ke empat belas.
(FKUI, 2005).
Bayi
baru lahir (neonatus) adalah bayi usia 0 – 28 hari., selamav periode ini bayi harus menyesuaikan diri dengan lingkungan
ekstra uteri. Bayi harus berupaya agar fungsi-fungsi tubuhnya menjadi efektif
sebagai individu yang unik. Respirasi, pencernaan dan kebutuhan untuk regulasi
harus bisa dilakukan sendiri (Gorrie et al, 1998). Pada masa ini, organ bayi
mengalami penyesuaian dengan keadaan di luar kandungan, ini diperlukan untuk
kehidupan selanjutnya (Maryunani & Nurhayati, 2008).
2. Tanda-Tanda
Neonatus Normal
Menurut Prawiroharjo, sarwono. 2002
a.
Bunyi jantung dalam menit pertama
kira-kira 180/menit yang kemudian turun sampai 140/menit – 120/menit pada waktu
bayi berumur 30 menit.
b.
Pernapasan cepat pada menit-menit
pertama (kira-kira 80/menit) disertai dengan pernapasan cuping hidung, retraksi
suprastenal dan intercostals, serta rintihan hanya berlangsung 10 sampai 15
menit.
c.
Nilai apgar 7-10 (Lihat tabel Apgar
Score).
d.
Berat badan 2500 gram- 4000 gram.
e.
Panjang badan lahir 48-52 cm.
f.
Lingkar kepala 33-35cm.
g.
Lingkar dada 30-38 cm.
h.
Reflek isap dan menelan sudah terbentuk
dengan baik.
i.
Reflek moro sudah baik, apabila
dikagetkan akan memperlihatkan gerakan memeluk.
j.
Grasping reflek sudah baik, apabila
diletakan suatu benda di atas telapak tangan, bayi akan mengengam.
k.
Genatalia : labia mayora sudah
menutupi labia minora ( pada perempuan).
l.
Testis sudah turun di scortum (pada
laki-laki).
m.
Eliminasi : baik urin, mekonium akan
keluar dalam 24 jam pertama.mekonium bewarna coklat kehijauan.
3. Penanganan
Bayi Baru Lahir Normal
Menurut Mochtar, Rustam. 1998
a)
Mulai melakukan pembersihan lendir
pada saat kepala keluar dengan pembersihan mulut, hidung, dan mata dengan kapas
atau kasa steril.
b)
Jam lahir dicatat dengan stop-watch.
c)
Lendir dihisap sebersih mungkin
sambil bayi ditidurkan dengan kepala lebih rendah dari kaki dalam posisi
sedikit ekstensi, supaya lendir mudah keluar.
d)
Tali pusat diikat dengan baik dan
bekas luka diberi antiseptik kemudian dijepit dengan klem jepit plastik atau
diikat dengan pita atau benang tali pusat.
e)
Segera setelah lahir, bayi yang
sehat akan menangis kuat, bernapas, serta menggerakkan tangan dan kakinya,
kulit akan bewarna kemerahan.
f)
Bayi dimandikan dan dibersihkan
dengan air hangat-hangat kuku dari lumuran darah, air ketuban, mekonium, dan
vernik kaseosa. Adapula yang membersihkannya dengan minyak kelapa atau minyak
zaitun.
g)
Jangan lupa menilai bayi dengan
nilai Apgar.
h)
Bayi ditimbang berat badanya dan
diukur panjang badan lahirnya kemudian dicatat dalam status.
i)
Perawatan mata bayi : mata bayi
dibersihkan, kemudian diberikan obat untuk mencegah Blenorrhoe.
j)
Diperiksa juga anus, genetalia
eksterna, dan jenis kelamin pada bayi. Pada bayi laki-laki, periksa apakah ada
femosis dan apakah descensus testiculorum telah lengkap. Di beberapa Negara
barat, pada bayi laki-laki segera dilakukan sirkumsisi, apalagi jika terdapat
fimosis.
k)
Apgar Score
• Merupakan alat
untuk mengkaji kondisi bayi sesaat setelah lahir meliputi
5 variabel (pernafasan, frek.
Jantung, warna, tonus otot & iritabilitas reflek)
• Ditemukan oleh
Dr. Virginia Apgar (1950)
SKOR APGAR
TANDA
0 1 2
Appearance
Biru,pucat Badan pucat,tungkai biru
Semuanya merah muda
Pulse Tidak
teraba < 100 > 100
Grimace Tidak
ada Lambat Menangis kuat
Activity
Lemas/lumpuh Gerakan sedikit/fleksi tungkai
Aktif/fleksi tungkai baik/reaksi melawan
Respiratory Tidak
ada Lambat, tidak teratur Baik, menangis
kuat
Penilaian
Nilai 7-10
menunjukkan bahwa by dlm keadaan baikl
Nilai 4 - 6
menunjukkan bayi mengalami depresi sedangl & membutuhkan tindakan resusitasi
Nilai 0 – 3
menunjukkan bayi mengalami depresi seriusl & membutuhkan resusitasi segera sampai ventilasi.
4. Asuhan
Kebidanan pada BBL Normal
a. Cara memotong
tali pusat
•
Menjepit tali dengan jarak 3 cm dari
pusat, lalu mengurut tali pusat ke arah ibu dan memasang klem ke – 2 dengan
jarak 2 cm dari klem.
•
Memegang tali pusat diantara 2 klem
dengan menggunakan tangan kiri (jari tengah melindungi tubuh bayi) lalu
memotong tali pusat diantara 2 klem.
•
Mengikat tali pusat dengan jarak
kurang lebih dari umbilikus dengan simpul mati lalu mengikat balik tali pusat
dengan simpul mati. Untuk kedua kalinya bungkus dengan kasa steril, lepaskan
klem pada tali pusat, lalu memasukkannya dalam wadah yang berisi larutan klorin
0,5 %.
•
Membungkus bayi dengan kain bersih
dan memberikannya kepada ibu.
b. Mempertahaankan
suhu tubuh BBL dan mencegah hipotermi
•
Mengeringkan tubuh bayi segera
setelah lahir.
Kondisi bayi lahir dengan tubuh basah karena air ketuban
atau aliran udara melalui jendela / pintu yang telah terbuka akan mempercepat
terjadinya penguapan yang akan mengakibatkan bayi lebih cepat kehilangan suhu
tubuh. Hal ini akan mengakibatkan serangan dingin (cold stress) yang merupakan
gejala awal hipotermia. Bayi kedinginan biasanya tidak mempeerlihatkan
dari gejala menggigil oleh karena kontrol suhunya belum sempurna.
•
Untuk mencegah terjadinya
hipotermia, bayi yang baru lahir harus segera dikeringkan dan dibungkus dengan
kain kering kemudian diletakkan telungkup diatas dad ibu untuk mendapatkan
kehangatan dari dekapan ibu.
•
Menunda memandikan BBL sampai tubuh
bayi stabil
Pada BBL cukup bulan dengan berat badan lebih 2.500 gram dan
menangis kuat bisa dimandikan kurang lebih 24 jam setelah kelahiran dengan
tetap menggunakan air hangat. Pada BBL beresiko yang berat badannya kurang dari
2.500 gram atau keadaannya sangat lemah sebaiknya jangan dimandikan sampai suhu
tubuhnya stabil dan mampu menghisap ASI dengan baik.
•
Menghindari kehilangan panas pada
bayi baru lahir.
Ada empat cara yang membuat bayi kehilangan panas, yaitu
melalui radiasi, evaporasi, konduksi, dan konveksi.
B. NEONATUS
ABNORMAL
1. Pengertian
Perkembangan
abnormal adalah permasalahan anak yang mengalami gangguan perkembangan dan
mempunyai kesulitan untuk berkembang secara optimal, padahal disisi lainnya
anak bisa berkembang secara normal dan sangat cerdas diatas rata-rata, oleh
karena itu orang tua harus menyadari hal ini sejak dini.
Bagian-bagian
yang biasanya tidak berkembang pada umumnya adalah gerakan fisik (koordinasi),
pola geraknya terganggu, perilaku (psikis) terganggu, visual motoriknya
terganggu, proses auditorinya terganggu, sehingga pemahaman bahasa terhambat,
persepsi dan motorik yang berhubungan langsung dengan sensori (pemberi respon).
Bila
hal ini terjadi, anak akan menunjukkan reaksi tertentu, misalnya cepat marah,
cepat frustasi, kurang berani menghadapi permasalahan dan sulit untuk
menghadapi masalah, hanya senang memulai sesuatu, tapi malas untuk
menyelesaikannya, sulit mengekspresikan dirinya atau yang difikirkannya secara
verbal, sulit berkonsentrasi, cepat teralihkan perhatiannya kepada hal lain,
agresif dan mudah menangis.
Penyebab
keterlambatan perkembangan pada anak adalah adanya faktor
keturunan/genetik, adanya gangguan metabolisme pada anak, adanya infeksi yang
dialami anak pada waktu bayi, dan ibu terkena infeksi pada masa kehamilan.
2.
Macam-Macam Perkembangan Abnormal
a. Impairment
Impairment
adalah suatu kehilangan atau keadaan abnormalitas dari psikis atau fisik baik
struktur atau fungsinya. Termasuk dalam kelompok ini adalah gangguan mata yaitu
buta keseluruhan maupun sebagian, gangguan pendengaran baik yang suka mendengar
maupun tuli, gangguan bicara atau tuna wicara, dan lumpuh atau tuna garahita.
b. Disability
Disability
adalah suatu hambatan atau gangguan dari kemampuan untuk melaksanakan aktifitas
yang biasanya dapat dikerjakan oleh orang yang normal sebagai akibat dari
impairment.
c. Handicaped
Handicaped
adalah suatu kerugian yang diderita oleh individu akibat impairment dan
disability. Kerugian ini dapat timbul dari dirinya sendiri (intrinsink
handicapped) dan dapat pula timbul dari lingkungan (Extrinsik handicapped).
Jadi,
contoh dari Impairment Disability Handicaped adalah jika seorang anak yang
menjadi buta karena kekurangan Vitamin A, Impairmentnya adalah buta, Disability
adalah kehilangan kemampuan untuk melihat, Handicapednya adalah kehilangan
kemampuan bekerja yang menggunakan mata.
Penyebab
dari keadaan cacat dapat berasal dari kelainan bawaan (genetik) sehingga
merupakan penyakit keturunan yang diwariskan dari orang tua dan dapat pula
berasal dari perjalanan kehidupannya setelah lahir (acquired). Menurut WHO
penyebab terjadinya kecacatan tidak hanya dari genetik tetapi juga kecanduan
obat, alkohol dan lain-lainnya.
Pada
dasarnya orang yang menderita cacat fisik bawaan akan lebih mudah menghadapi
kenyataan hidup karena sudah terbiasa sejak dia lahir, dan orang yang
memperoleh cacat setelah lahir akan dapat mudah terkena stres atau bahkan akan
berakibat pada shock berat. Hal ini disebabkan karena kesempurnaan fisik
menjadi penting bagi daya tarik dirinya dalam pergaulan sosial sehingga
kecacatan menjadi konsep penting bagi dirinya.
d. Fiksasi
Fiksasi
adalah perkembangan abnormal yang berhenti pada satu tahap perkembangan karena
menganggap tahap berikutnya penuh kecemasan. Penyebab fiksasi bisa dua
kemungkinan, pertama karena seseorang sangat nyaman (nikmat) di suatu fase,
segala sesuatunya dipenuhi sehingga ia tidak rela meninggalkan fase itu.
Penyebab yang kedua karena seseorang mengalami sesuatu yang sangat menyakitkan
di suatu fase sehingga ia tidak matang atau tidak berani untuk melangkah ke
fase berikutnya. Misalnya anak yang sangat tergantung pada orang lain,
kecemasan menghambat untuk mandiri. Orang yang sudah berusia 33 tahun
tetapi ia masih bergaya seperti anak remaja, dapat disebutkan bahwa orang itu
mengalami fiksasi atau keasyikan di suatu fase (yaitu fase remaja) sehingga ia
tidak mau melangkah ke fase berikutnya (yaitu fase dewasa).
e. Autisme
Autisme
adalah gangguan perkembangan khususnya terjadi pada masa anak-anak, yang
membuat seseorang tidak mampu mengadakan interaksi sosial dan seolah-olah hidup
dalam dunianya sendiri. Autisme menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
Edisi Ketiga tahun 2003 menyatakan bahwa autisme adalah gangguan perkembangan
pada anak yang berakibat tidak dapat berkomunikasi dan tidak dapat
mengekspresikan perasaan dan keinginannya sehingga perilaku hubungan dengan
orang lain terganggu (2003:77). Definisi tersebut didukung dengan pendapat
Peeters yang menyatakan bahwa autisme merupakan suatu gangguan perkembangan,
gangguan pemahaman atau pervasif, dan bukan suatu bentuk penyakit mental (2004:14).
Adapun
ganggguan kualitatif dalam berkomunikasi pada anak autis menurut Peeters
ditunjukkan oleh paling sedikit salah satu dari keadaan berikut :
·
1Keterlambatan atau kekurangan
secara menyeluruh dalam berbahasa lisan (tidak disertai usaha untuk mengimbanginya
dengan penggunaan gesture atau mimik muka sebagai alternatif dalam
berkomunikasi).
·
Ciri gangguan yang jelas pada
kemampuan untuk memulai atau melanjutkan pembicaraan dengan orang lain meskipun
dalam percakapan sederhana.
·
Penggunaan bahasa yang repetitive
(diulang-ulang) atau stereotip (meniru-niru) atau bersifat idiosinktratik
(aneh).
·
Kurang beragamnya spontanitas dalam
permainan pura-pura atau meniru orang lain yang sesuai dengan tingkat
perkembangannya.
Berikut
ini bagan perbedaan antara perilaku bayi autisme dan bayi normal yang
dikemukakan oleh Bambang Hartono dkk. dalam Sultana M.H. Faradz dkk (2002:107).
Bayi Autisme Bayi Normal
Bayi Autisme Bayi Normal
Komunikasi
Komunikasi
Tidak ada kontak mata.
“Menyelidiki” wajah ibunya.
Seperti tuli.
Gampang bereaksi terhadap bunyi.
Pada awalnya bahasa berkembang lalu
mendadak berhenti
Kamus kata dan
kemampuan gramatikalnya bertambah.
Hubungan sosial
Hubungan social
Menangis bila ibunya pergi dan
“stres”.
Tak peduli terhadap orang yang
datang maupun pergi.
Marah bila lapar dan kecewa.
Melakukan serangan fisik tanpa sebab
yang jelas.
Mengenal wajah yang telah akrab lalu
tersenyum.
Sulit diajak
kontak.
Kemampuan dalam bereaksi terhadap
lingkungan Kemampuan dalam bereaksi terhadap lingkungan
Berpindah dari kegiatan satu ke
lainnya.
Selalu terpaku pada satu
aktivitas.
Melakukan gerakan aneh seperti
menggoyang-goyang benda
Menggunakan anggota tubuhnya secara
bermakna,berulang-ulang.
seperti meraih objek atau mendapatkan benda.
Bermain dengan boneka.
Menghisap atau menjilat
boneka.
Mencari kepuasan dan menghindari
nyeri.
Seperti tidak sensitif terhadap
nyeri.
f. Hiperaktif
Hiperaktif
adalah perkembangan abnormal yang disebabkan kerusakan kecil pada system syaraf
pusat dan otak sehingga rentang konsentrasi penderita menjadi sangat pendek dan
sulit dikendalikan.
Adapun ciri-ciri anak Hiperaktif
sebagai berikut:
Ø
Tidak Fokus
Anak dengan gangguan hiperaktivitas tidak biasa
berkonsentrasi lebih dari lima menit, dengan kata lain dia tidak bisa diam
dalam waktu lama dan mudah teralihkan perhatianya kepada hal lain. Misalnya,
ketika anak sedang bermain mobil-mobilan kemudian datang anak lain yang membawa
bola, anak akan langsung mengubah fokus perhatiannya kepada bola tersebut.
Ø
Menentang
Anak dengan gangguan hiperaktivitas umumnya memiliki sikap
penentang atau tidak mau dinasehati. Misalnya, penderita akan marah jika
dilarang berlari kesana kemari, coret-coret atau naik-turun tak berhenti.
Penolakannya bisa ditunjukan dengan sikap cuek.
Ø
Distruktif
Perilakunya bersifat distruktif atau merusak, ketika
menyusun lego misalnya, anak aktif akan menyelesaikan lego itu hingga tersusun
rapih. Sebaliknya anak hiperaktif bukan menyelesaikanya malah menghancurkan
mainan lego tersebut.
Ø
Tak kenal lelah
Anak dengan gangguan hiperaktivitas sering tidak menunjukan
sikap yang lelah. Sepanjang hari ia akan bergerak kesana kemari, lompat, lari,
berguling, dan sebagainya. Hal inilah yang sering membuat orang tua kewalahan
dan tidak sanggup meladeni anaknya.
Ø
Tanpa tujuan
Semua aktivitas dilakukan tanpa tujuan yang jelas. Kalau
anak aktif ketika naik ke kursi punya tujuan, misalnya ingin mengambil
mainan atau bermain peran sebagai superman. Anak hiperaktif melakukanya tanpa
tujuan. Dia hanya naik dan turun kursi saja.
Ø
Tidak sabar dan usil
Anak hiperaktif juga tidak memiliki sifat sabar. Ketika
bermain dia tidak mau menunggu giliran. Ketika dia sedang bermain mobil-mobilan
yang sedang dimainkan oleh temannya, dia langsung merebut tanpa berkata-kata.
Tak hanya itu anak hiperaktif pun sering kali mengusili temannya tanpa alasan
yang jelas. Misalnya, tiba-tiba memukul, mendorong, menimpuk, dan sebagainya
meskipun tidak ada pemicu yang harus membuat anak melakukan hal itu.
Ø
Intelektualitas rendah
Sering kali intelektualitas anak dengan gangguan
hiperaktivitas berada di bawah rata-rata anak normal. Mungkin secara psikologis
mentalnya sudah terganggu sehingga dia tidak bisa menunjukkan kemampuan
kreativitasnya.
g.
Sindrom
Dalam
ilmu kedokteran dan psikologi, sindrom adalah kumpulan dari beberapa ciri-ciri
klinis, tanda-tanda, simtoma, fenomena, atau karakter yang sering muncul
bersamaan. Kumpulan ini dapat meyakinkan dokter dalam menegakkan diagnosa.
Istilah
sindrom dapat digunakan hanya untuk menggambarkan berbagai karakter dan gejala,
bukan diagnosa. Namun kadang-kadang, beberapa sindrom dijadikan nama penyakit,
seperti Sindrom Down.
Sindrom
down adalah suatu kondisi keterbelakangan perkembangan fisik dan mental anak
yang diakibatkan adanya abnormalitas perkembangan kromosom. Kromosom ini
terbentuk akibat kegagalan sepasang kromosom untuk saling memisahkan diri saat
terjadi pembelahan. Kelainan yang berdampak pada keterbelakangan pertumbuhan
fisik dan mental ini pertama kali dikenal pada tahun 1866 oleh Dr.John Longdon
Down. Karena ciri-ciri yang tampak aneh seperti tinggi badan yang relative
pendek, kepala mengecil, hidung yang datar menyerupai orang Mongoloid maka
sering juga dikenal dengan Mongolisme. Pada tahun 1970an para ahli dari Amerika
dan Eropa merevisi nama dari kelainan yang terjadi pada anak tersebut dengan
merujuk penemu pertama kali sindrom ini dengan istilah Sindrom Down dan hingga
kini penyakit ini dikenal dengan istilah yang sama.
3. Penanganan
Perkembangan Abnormal
a. Untuk menangani
dan mencegah Impairment, Disability, dan Handicaped diantaranya adalah :
o Seorang ibu
hamil harus menjaga kesehatan kandungan agar bayi yang lahir tidak cacat.
o Makan makanan
yang sehat dan seimbang untuk menghindari kegemukan dan tubuh terlalu kurus
saat hamil, pada kebanyakan orang gemuk berpeluang untuk melahirkan bayi
prematur atau cacat bawaan.
o Menggunakan alat
bantu untuk membantu dalam beraktivitas.
o Melakukan
pengobatan pada kelainan tertentu.
b. Untuk
menghadapi anak yang mengalami Fiksasi di fase remaja diantaranya adalah :
o Orang tua harus
mendekati anaknya dengan gaya dewasa. Cara pendekatan yang dilakukan orangtua
pada waktu berkomunikasi dengan anak akan sangat menentukan bagaimana anak
memandang dirinya. Jika cara yang dilakukan adalah dengan otoriter maka anak
akan memberontak.
o Meningkatkan
''kesadaran diri'' sehingga anak yang mengalami fiksasi bisa mengenali
kelebihan dan kelemahan dirinya dengan teliti. Untuk meningkatkan kesadaran
diri ini, maka orangtua diharapkan sering mengajak anak untuk melihat keadaan
diri dia secara objektif. Apa kelemahan-kelemahan dia yang harus ditingkatkan
serta apa keunggulan-keunggulan yang sudah dapat ia wujudkan.
o Orang tua tidak
terlalu memanjakan anaknya. Orangtua diharapkan tega melihat anaknya menghadapi
masalah.
o Sangat penting
memacu keberanian anak untuk berani mengambil resiko dalam kehidupan, baik
dalam hal berumah tangga, mencari nafkah, maupun yang lainnya.
c. Dalam menjalin
komunikasi dengan penyandang Autisme, perlu dilakukan hal-hal sebagai berikut :
o Keteraturan
melakukan suatu kegiatan berdasar tempat dan waktu yang sama setiap harinya.
o Menghadirkan
benda-benda sebagai alat komunikasi yang dapat dipahami, benda-benda tertentu
sebagai penanda suatu kegiatan yang dilakukan.
o Mengomunikasikan
informasi mengenai “di mana” dan “kapan” dengan cara yang mereka mengerti
sehingga kita membuat hidup mereka lebih bisa diduga (hanya masalah
penyederhanaan sopan santun).
o Mengusahakan
kontak mata sesering mungkin dan memahami kebisaannya.
o Melatih
konsentrasi selama mungkin secara terus-menerus.
o Tega, memaksa,
dan tidak mudah terpengaruh oleh penolakan yang dilakukan saat diajak
berkomunikasi.
o Mendorong
ekspresi dan penggunaan perasaan serta pendapat.
o Menumbuhkan
kemampuan berpikir logis.
o Membiasakan
bersosialisasi dengan masyarakat dan lingkungan.
d. Beberapa cara
yang bisa dilakukan oleh orang tua untuk mendidik dan membimbing anak-anak
mereka yang tergolong Hiperaktif adalah :
o Orang tua perlu
menambah pengetahuan tentang gangguan hiperaktifitas.
o Kenali kelebihan
dan bakat anak.
o Membantu anak
dalam bersosialisasi.
o Menggunakan
teknik-teknik pengelolaan perilaku, seperti menggunakan penguat positif
(misalnya memberikan pujian bila anak makan dengan tertib), memberikan disiplin
yang konsisten, dan selalu memonitor perilaku anak.
o Memberikan ruang
gerak yang cukup bagi aktivitas anak untuk menyalurkan kelebihan energinya.
o Menerima
keterbatasan anak.
o Membangkitkan rasa
percaya diri anak.
o Bekerjasama
dengan guru di sekolah agar guru memahami kondisi anak yang sebenarnya.
e. Sampai saat ini
belum ditemukan metode pengobatan yang paling efektif untuk mengatasi Sindrom
Down, ada beberapa cara untuk menangani Sindrom Down diantaranya :
o Melakukan
pemeriksaan kromosom melalui amniocentesis bagi para ibu hamil terutama pada
bulan-bulan awal kehamilan. Terlebih lagi ibu hamil yang pernah mempunyai anak
dengan sindrom down atau mereka yang hamil di atas usia 40 tahun harus dengan
hati-hati memantau perkembangan janinnya karena mereka memiliki resiko
melahirkan anak dengan sindrom down lebih tinggi.
o Penderita harus
mendapatkan dukungan dari keluarga dan lingkungannya agar tetap semangat
menjalani hidup.
o Kemudahan dalam
menggunakan sarana atau fasilitas yang sesuai berkaitan dengan kemunduran
perkembangan baik fisik maupun mentalnya.
DAFTAR PUSTAKA
Nanny Lia Dewi, Vivian. (2010).
Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta : Salemba Medika
kuliahbidan.wordpress.com/2008/07/18/asuhan-bayi-baru
lahir/http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27032/4/Chapter%20II.pdf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar