BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Filsafat pendidikan merupakan filsafat dalam pendidikan.
Pendidikan membutuhkan filsafat karena masalah-masalah pendidikan tidak hanya
menyangkut pelaksanaan pendidikan yang dibatasi pengalaman, tetapi masalah-masalah
yang lebih luas, lebih dalam, serta lebih kompleks, yang tidak dibatasi
pengalaman maupun fakta-fakta pendidikan, dan tidak memumngkinkan dapat
dijangkau oleh sains pendidikan.
Seorang guru, baik sebagai pribaadi maupun sebagai pelaksana
pendidikan, perlu mengetahui filsafat pendidikan. Seorang guru perlu memahami
dan tidak boleh uta terhadap filsafat pendidikan, karena tujuan pendidikan
senantiasa berhubungan langsung dengan tujuan hidup dan kehidupan individu
maupun masyarakat yang menyelenggarakan pendidikan. Tujuan pendidikan perlu
dipahami dalam hubungannya dengan tujuan hidup. Guru sebagai pribadi mempunyai
tujuan hidupnya dan guru sebagai warga masyarakat mempunyai tujuan hidup
bersama.
B. Tujuan
Penulisan
Dengan mengetahui filsafat pendidikan, kita akan mengetahui
dan memahami pengertian filsafat pendidikan, ruang lingkup, serta peranan
filsafat pendidikan dalam dunia pendidikan.
C. Rumusan
Masalah
1. Apa pengertian filsafat pendidikan?
2. Apa latar belakang munculnya
filsafat pendidikan?
3. Apa saja ruang lingkup filsafat
pendidikan?
4. Bagaimana konsep filosofis mengenai
pendidikan?
5. Apa peran filsafat pendidikan dalam
pengembangan ilmu pendidikan?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Filsafat Pendidikan
Menetapkan suatu definisi nampaknya
sulit untuk dilakukan. Kenapa? Karena persoalannya bukan terletak pada saat
bagaimana untuk mengemukakan definisi itu, melainkan soal mau atau tidaknya
orag menerima definisi kita itu, akan pahamkah mereka dengan definisi yang kita
jelaskan atau tidak? Ini adalah persoalan yang tidak bisa dianggap sepele.
Demikiab juga masalah filsafat, sulit sekali untuk memberikan suatu batasan
yang benar dan pasti tentang kata filsafat. Buktinya para filsuf selalu berbeda-beda
dalam mendefinisikan filsafat.
Menurut Prof. Dr. Harun Nasution,
filsafat berasal dari kata yunani yang tersusun dari dua kata, philein dalam
arti cinta dan sophos dalam arti hikmat (wisdom). Orang Arab memindahkan kata
philosophia dari bahasa Yunani ke dalam bahasa mereka dengan menyesuaikan,
tabiat susunan kata-kata Arab, yaitu falsafah dengan pola fa’lala, fa’lalah,
dan fi’lal. Dengan demikian kata benda dari kata kerja falsafa seharusnya
menjadi falsafah atau filsaf.
Selanjutnya kata filsafatyang banyak
terpakai dalam bahasa Indonesia, menurut Prof. Dr. Harun Nasution bukan berasal
dari bahasa Arab falsafah dan bukan pula dari bahasa barat philosophy. Di sini
dipertanyakan tentang apakah fil diambil dari bahasa barat dan safah dari
bahasa Arab, sehingga terjadi gabungan antara keduanya dan menimbulkan kata
filsafat.
Dari pengertian secara etimologi
itu, ia memberikan definisi filsafat sebagai berikut:
-
Pengetahuan
tentang hikmah;
-
Pengetahuan
tentang prinsip atau dasar-dasar;
-
Mencari
kebenaran;
-
Membahas
dasar-dasar dari apa yang dibahas.
Dengan demikian ia berpendapat bahwa
intisari filsafat ialah berpikir menurut
tata tertib (logika) dengan bebas
(tidak terikat pada tradisi, dogma serta agama) dan dengan sedalam-dalamnya
sehingga sampai ke dasar-dasar persoalannya.[1][1]
Secara terminologis, filsafat
mempunyai arti bermacam-macam, sebanyak orang yang memberikan pengertian atau
batasan. Gambaran yang lebih jelas mengenai filsafat dapat disimak pada
pendapat Titus:
-
Filsafat
adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan dan alam, biasanya
diterima secara kritis.
-
Filsafat
adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang
kita junjung tinggi.
-
Filsafat
adalah usaha untuk mendapatkan gambaran keseluruhan.
-
Filsafat
adalah sebagai analisa logis dari bahasa serta penjelasan tentang arti kata dan
konsep.
-
Filsafat
adalah sekumpulan problema-problema yang langsung mendapat perhatian dari
manusia dan yang dicari jawabannya jawabannya oleh ahli-ahli filsafat.[2][2]
Dalam kenyataannya, pengertian
pendidikan selalu mengalami perkembangan, meskipun secara essensial tidak jauh
berbeda. Berikut ini akan dikemukakan sejumlah pengertian pendidikan yang
diberikan oleh para ahli (pendidikan).
1. Langeveld
Pendidikan ialah setiap usaha,
pengaruh, perlindungan dan bantuan yang diberikan kepada anak tertuju kepada
pendewasaan anak itu, atau lebih tepat membantu anak agar cukup cakap
melaksanakan tugas hidupnya sendiri. Pengaruh itu datangnya dari orang dewasa
(atau yang diciptakan oleh orang dewasa seperti sekolah, buku, putaran hidup
sehari-hari, dan sebagainya) dan ditujukan kepada orang yang belum dewasa.
2. John Dewey
Pendidikan adalah proses pembntukan
kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional kea rah alam
dan sesame manusia.
3. J. J. Rousseau
Pendidikan adalah member kita
perbekalan yang tidak ada pada masa kanak-kanak, akan tetapi kita
membutuhkannya pada waktu dewasa.
4. Driyarkara
Pendidikan adalah pemanusiaan
manusia muda atau pengangkatan manusia muda ke taraf insane.
5. Carter V. Good
a. pedagogy
is the art. Practice and profession of
teaching.
b. The
systematized learning or instruction concerning principles and methods of
teaching and of student control and guidance; largely replaced by the term
education.
Pendidikan
adalah:
a.
Seni, praktek dan profesi sebagai
pengajar;
b. Ilmu yang sistematis atau pengajaran
yang berhubungan dengan prinsip dan metode-metode mengajar, pengawasan dan
bimbingan murid; dalam arti luas digantikan dengan istilah pendidikan.
6. Ahmad D Marimba
Pendidikan ialah bimbingan atau
pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani
si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama. Unsur- unsure yang
terdapat dalam pendidikan dalam hal ini adalah:
a.
Usaha (kegiatan), usaha itu bersifat
bimbingan (pimpinan atau pertolongan) dan dilakukan secara sadar;
b. Ada pendidik, pembimbing; atau
penolong.
c.
Ada yang dididik atau si terdidik;
d. Bimbingan itu mempunyai dasar dan
tujuan;
e.
Dalam usaha itu tentu ada alat-alat
yang dipergunakan.
7. Ki Hajar Dewantara
Pendidikan
yaitu tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya, pendidikan
yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka
sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatn dan
kebahagiaan yang setingi-tingginya.
8. Menurut UU Nomor 2 Tahun 1989
Pendidikan adalah usaha sadar untuk
menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan pengajaran dan atau latihan
bagi peranannya di masa yang akan dating.
9. Menurut UU No. 20 th. 2003
Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Dari beberapa pengertian atau
batasan pendidikan yang diberikan para ahli tersebut, meskipun berbeda secara
redaksional namun secara essensial terdapat kesatuan unsure-unsur atau
faktor-faktor yang terdapat di dalamnya, yaitu bahwa pengertian pendidikan
tersebut menunjukan suatu proses bimbngan, tuntunan dan pimpinan yang di
dalamnya mengandung unsur-unsur seperti pendidik, anak didik, tujuan dan
sebagainya.[3][3]
Dr. Yahya Qahar menjelaskan
pngertian pendidikan adalah filsafat yang bergerak di lapangan pendidikan yang
mempelajari proses kehidupan dan alternatif proses pendidikan dalam pembentukan
watak. Ia menyoroti dan memberikan pandangan tentang:
a) Nilai-nilai yang seharusnya menjadi
dasar pendidikan dan pandangan hidup.
b) Pandangan tentang manusia yang dididik.
c) Tujuan pendidikan.
d) System dan praktek pendidikan (teori
pendidikan).
e) Bahan pendidikan.
Selanjutnya menurut Yahya Qahar
bahwa filsafat pendidikan masih dapat dibedakan antara filsafat pendidikan yang
bersifat umum dan filsafat pendidikan nasional. Adanya pemikiran yang kedua ini
karena adanya penekanan pada ruang lingkup nasional dan adanya tujuan
pengertian tujuan pendidikan nasional seperti pendidikan nasional pancasila.
Dan tujuan pendidikan nasional inipun sebenarnya bertitik tolak dari pemikiran
filsafat pendidikan secara umum, namun penekanannya saja pada ruang lingkup
nasional. Atau dengan kata lain bhwa lingkup nasional dalam pendidikan tidak
dapat dipisahkan dengan politik pendidikan di dalam suatu Negara. Hal ini sebagaiman
diungkapkan oleh Prof. Dr. Hasan Langgulung dalam bahasannya: “Filsafat
pendidikan adalah sejumlah prinsip, kepercayaan, konsep, asumsi dan premis yang
ada hubungan erat dengan praktek pendidikan yang ditentukan dalam bentuk yang
saling melengkapi, bertalian dan selaras yang berfungsi sebagai teladan dan
pembimbing bagi usaha pendidikan dan proses pendidikan dengan seluruh
aspek-aspeknya dan bagi politik dalam suatu Negara”.[4][4]
Filsafat pendidikan juga dapat
diartikan sebagai gagasan tentang apa yang harus diperbuat oleh pendidikan dan
bagaimana melaksanakannya.[5][5]
Menurut Prof. Dr. Hasan Langgulung
dalam bahasannya mengenai filsafat pendidikan diberi definisi sebagai berikut:
a)
Filsafat
pendidikan adalah penerapan metoda dan pandangan filsafat dalam bidang
pengalman manusia yang disebut pendidikan. Filsafat pendidikan adalah mencari
konsep-konsep yang dapat menyelaraskan gejala-gejala yang terkandung di dalam
pendidikan dan suatu rencana menyeluruh, menjelaskan istilah-istilah
pendidikan, mengajukan prinsip-prinsip atau asumsi-asumsi dasar tempat tegaknya
pernyataan-pernyataan khusus mengenai pendidikan dan menyingkapkan
klasifikasi-klasifikasi yang menghubungkan antara pendidikan dan bidang-bidang
kepribadian manusia.
b) Filsafat pendidikan adalah aktifitas
pemikiran teratur yang menjadikan filsafat sebagai medianya untuk menyusun
proses pendidikan, menyelaraskan, mengharmoniskan dan menerapkan nilai-nilai
dan tujuan-tujuan yang ingin dicapainya. Jadi di sini filsafat, filsafat
pendidikan dan pengalaman kemanusiaan adalah tiga elemen bagi suatu kesatuan
yang utuh.
c)
Filsafat
pendidikan adalah aktivitas yang dikerjakan oleh pendidik dan filosof-filosof
untuk menjelaskan proses pendidikan, menjelaskan, mengkritik dan mengubahnya
berdasar pada masalah-masalah kontradiksi-kontradiksi budaya.
d) Filsafat pendidikan adalah teori
atau ideologi pendidikan yang muncul dari sifat filsafat seorang pendidik, dari
pengalaman-pengalamnnya dalam pendidikan dan kehidupan dari kajiannya tentang
berbagai ilmu yang berhubungan dengan pendidikan, dan berdasar itu pendidik
dapat mengetahui sekolah berkembang. Kenapa kanak-kanak belajar? Apa hubunganny
antara sekolah dengan lembaga-lembaga sosial yang lain? Apa watak proses
pendidikan itu? Dan apa pula watak tujuan-tujuan pendidikan? Dan lain
sebagainya.
Berdasarkan uraian dari para ahli
tentang filsafat pendidikan yang sesuai dengan kenyataan (semangat dan
mempunyai kepentingan terapan dan bimbingan dalam bidang pendidikan) maka
filsafat pendidikan merupakan terapan ilmu filsafat terhadap problema
pendidikan atau filsafat yang diterapkan dalam suatu usaha pemikiran (analisa
filosofis) mengenai masalah pendidikan.
Dan sebagai ilmu yang merupakan
jawaban terhadap problema-problema dalam lapangan pendidikan, maka filsafat
pendidikan dalam kegiatannya secara normative tertumpu dan berfungsi untuk:
1) Merumuskan dasar-dasar dan tujuan
pendidikan, konsep hakikat pendidikan dan hakikat manusia, dan isi moral
pendidikan.
2) Merumuskan teori, bentuk dan system
pendidikan yang meliputi: kepemimpinan, politik pendidikan, pola-pola
akulturasi dan peranan pendidikan dalam pembangunan bangsa dan Negara.
3) Merumuskan hubungan antara agama,
filsafat, filsafat pendidikan, teoari pendidikan dan kebudayaan.
Jadi jelaslah bahwa rumusan tadi
telah merangkum bidang-bidang ilmu yaitu filsafat pendidikan dan ilmu
pendidikan (educational science) dan
hubungan antara keduanya yang saling melengkapi antara satu terhadap yang
lainnya.[6][6]
Dalam beberapa hal, filsafat
pendidikan itu dapat disingkat dalam
bentuk formula. Dan formula ini kemudian dijadikan semacam semboyan atau
slogan. Tetapi kadang-kadang semboyan-semboyan itu sering pula disalah
tafsirkan. Biasanya hal itu terjadi kalau kesalahan terjadi dalam bidang
pendidikan, yang terlihat pada hasil dari pendidikan itu, yang didasarkan pada
semboyan tersebut. Missal-misal yang dapat kami kemukakan dari semboyan yang
kami maksudkan itu ialah yang typis kata-kata hikmat dalam bidang pendidikan,
seumpama:
“semua
pengetahuan itu adalah ingatan”
“manusia
itu adalah hewan yang berakal”
“Pendidikan
itu mengandung irama”
“Pendidikan
itu harusnya mengajar kita hidup dekat dengan alam”
“Kita
belajar dengan berbuat”,- dan lain-lain.
Alangakh banyaknya hal-hal yang
telah diperbuat berdasarkan slogan-slogan seperti itu. Dia mudah diingat dan
merasuk ke dalam hati. Dia kadang-kadang merupakan pedoman di malam yang gelap
atau sebagai lampu yang menerangi jalan-jalan yang akan ditempuh untuk mencapai
suatu tujuan. Dia merupakan ide singkat yang kadang-kadang merupakan hasil perasaan
dari bahasan filsafat yang panjang lebar.
Salah satu tugas kita mempelajari
filsafat pendidikan adalah antara lain buat menyelamatkan formula-formula dan
pikiran-pikiran yang mengandung unsur-unsur pendidikan itu, yang terungkap dan
tercetus sebagai slogan dan semboyan. Kita akan berusaha memberikan daya hidup
dan arti yang berhasil dan berdaya guna dan berbuat menonjolkan ide dan
pikiran-pikiran itu sebagai pusat pegangan dalam himpunan ide-ide yang
membentuk filsafat pendidikan. Apabila ide-ide dan pikiran-pikiran itu
ditampilkan dalam bentuk demikian, yang pada hakikatnya tidak mudah untuk
dimengerti begitu saja, ide-ide itu menghendaki waktu dan kesabaran agar dapat
dipegang dan dipedomani sebgaimana yang dikhendaki oleh si filusuf.[7][7]
Secara tidak langsung filsafat
pendidikan menginspirasikan, menganalisis, mempreskriptifkan serta
menginvestigasi pendidikan.[8][8]
B. Latar
Belakang Munculnya Filsafat Pendidikan
Adapun latar belakang munculnya
filsafat pendidikan adalah :
1. Ajaran filsafat yang komperehnsif
telah menempati status yang tinggi dalam kehidupan kebudayaan manusia, yakni
sebagai ideologi suatu bangsa dan Negara.
2. Tujuan berfilsafat adalah membina
manusia mempunyai akhlak yang tertinggi;
3. Eksistensi suatu bangsa adalah
ideologi dan filsafat hidupnya, maka demi mewariskan eksistensi tersebut jalan
yang efektif adalah melalui PENDIDIKAN.
4. Tidak berbda dengan fungsi filsafat
pendidikan adalah suatu bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik
terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya
kepribadian utama;
5. Pendidikan secara fundamental
didasarkan atas asas-asas filosofis dan ilmiah untuk menjamin tujuan pendidikan
yaitu: meningkatkan perkembangan sosial budaya bahkan martabat bangsa,
kewibawaan dan kejayaan Negara.[9][9]
6. Pada hakikatnya kehidupan mengndung
unsur kehidupan karena adanya interaksi dengan lingkungan, namun yang penting
bagaimana peserta didik menyesuaikan diri dan menempatkan diri dengan
sebaik-baiknya dalam berinteraksi dengan semua itu dan dengan siapapun.[10][10]
7. Perkembangan iptek berlangsung
semakin pesat sehingga tidak mungkin bagi para pendidik (khususnya guru)
mengajarkan semua fakta konsep kepada peserta didik. Disamping tidak mungkin,
mungkin juga tidak perlu karena kemampuan manusia yang terbatas untuk menampung
ilmu. Jalan keluarnya ialah peserta didik dari dini dibiasakan bersikap
selektif terhadap segala informasi yang membanjirinya. Mereka harus belajar
memiliki sikap mandiri.
8. Penemuan iptek tidak mutlak benar
100%, sifatnya relatif, semua teori mungkin tertolak dan gugur setelah
ditemukan data baru yang sanggup membuktikan kekeliuran teori tersebut. Sebagai
akibatnya muncullah lagi teori baru yang pada dasarnya kebenarannya juga
bersifat relatif. Untuk menghadapi kondisi seperti itu perlu ditanamkan sikap
ilmiah kepada peserta didik seperti keberanian bertanya, berpikir kritis, dan
analisis dalam menemukan sebab-sebab, dan pemecahan terhadap masalah.
9. Para ahli psikologi umumnya
sependapat, bahwa peserta didik mudah memahami konsep-konsep yang rumit dan
abstrak jika disertai dengan contoh-contoh konkret dan wajar sesuai dengan
situasi dan kondisi yang dihadapi dengan mengalami atau mempraktekkan sendiri.
10. Dalam proses pendidikan dan
pembelajaran pengembangan konsep seyogyanya tidak dilepaskan dari pengembangan
sikap dan penanaman nilai-nilai ke dalam diri peserta didik. Konsep di satu
pihak dan nilai-nilai di lain pihak harus disatupadukan, agar konsep keilmuan
tidak mengarah pada intelektualisme yang “gersang” tanpa diwarnai sifat
manusiawi. Kemandirian dalam belajar membuka kemungkinan terhadap lahirnya
calon-calon insane pemikir yang manusiawi serta menyatu dalam pribadi yng
serasi dan berimbang.[11][11]
C. Ruang
Lingkup Filsafat Pendidikan
Jika diamati secara seksama,
sebenarnya secara sepintas atau tidak langsung, uraian tersebut di atas telah
menunjukan atau menggambarkan ruang lingkup filsafat pendidikan. Namun
demikian, secara lebih khusus lagi nampaknya masalah tersebut masih perlu
dipertegas. Penjelasan mengenairuang lingkup ini mengandung indikasi bahwa
filsafat pendidikan telah diakui sebagai sebuah disiplin ilmu. Hal ini dapat
dilihat dari adanya beberapa sumber bacaan, khususnya buku yang
menginformasikan hasil-hasil penelitian tentang filsafat pendidikan sebagai
sebuah disiplin ilmu, mau tidak mau filsafat pendidikan harus menunjukan dengan
jelas mengenai bidang kajiannya atau cakupan pembahasannya.
Dalam hubungan dengan hal di atas,
dapat dijumpai pendapat Muzayyin Arifin yang menyatakan bahwa mempelajari
filsafat pendidikan berarti memasuki arena pemikiran yang mendasar, sistematik,
logis dan menyeluruh (universal) tentang pendidikan, yang tidak hanya
dilatarbelakangi oleh pengetahuan saja, melainkan menuntut kita untuk
mempelajari ilmu-ilmu lain yang relevan. Pendapat ini member petunjuk bahwa
ruang lingkup filsafat pendidikan adalah masalah-masalah yang terdapat dalam
kegiatan pendidikan, seperti masalah tujuan pendidikan, masalah guru,
kurikulum, metode dan lingkungan. Bagaimankah semua masalah tersebut disusun,
tentu saja harus ada pemikiran yang melatarbelakangi. Pemikiran yang
melatarbelakanginya disebut filsafat pendidikan. Karena itu dalam mengkaji
filsafat pendidikan, seseorang akan diajak memahami konsep tujuan pendidikan,
konsep guru yang baik, konsep kurikulum, dan seterusnya yang dilakukan secara
mendalam, sistematik, logis, radikal, dan universal berdasarkan tuntutan
keadaan. Dalam hubungan ini, seseorang yang mengkaji filsafat pendidikan,
disamping harus menguasai masalah filsafat dan pendidikan pada umumnya. Dalam
hubungannya dapat membangun pemikiran pendidikan. Dengan kata lain seorang
pemikir filsafat pendidikan adalah orang yang menguasai dan menyukai filsafat
dan pendidikan secara mendalam.
Dalam hubungan dengan ruang lingkup
filsafat pendidikan ini, Muzayyin Arifin lebih lanjut mengatakn bahwa ruang
lingkup pemikirannya bukanlah mengenai hal-hal yang bersifat teknis operasional
pendidikan, melainkan menyangkut segala hal yang mendasari serta yang mewarnai
corak sistem pemikiran yang disebut filsafat itu. Dengan demikian secara umum
ruang lingkup pembahasan filsafat pendidikan adalah pemikiran yang serba
mendalam, mendasar, sistematis, terpadu, logis, menyeluruh, dan universal
mengenai konsep-konsep yang berkaitan dengan pendidikan. Konsep-konsep tersebut
mulai dari perumusan tujuan pendidikan, kurikulum, guru, metode, lingkungan dan
seterusnya.[12][12]
D. Konsep
Filosofis Mengenai Pendidikan
Perkembangan dan perubahan dalam
lapangan pendidikan menimbulkan tantangan agar para pendidik mempunyai sikap
tertentu yang telah bersendikan atas pendirian tertentu pula. Untuk ini, yang
ladzim dianut, menurut Theodor Brameld, adalah kemungkinan-kemungkinan sikap
seperti konservatif, bebas dan modifikatif, regresif atau radikal
rekonstruktif.
Beberapa sikap di atas dalam
penjabarannya mengenai pendidikan dapat dirumuskan sebagai berikut:
a) Menghendaki pendidikan yang pada
hakikatnya progresif. Tujuan pendidikan hendaklah diartikan sebagai
rekonstruksi pengalaman yang terus-menerus.
Pendidikan adalah bukan hanya meyampaikan
pengetahuan kepada anak didik untuk diterima saja, melainkan yang lebih penting
daripada itu adalah melatih kemampuan berpikir dengan memberikan
stimulasi-stimulasi. Yang dimaksud dengan berpikir adalah penerapan cara-cara
ilmiah seperti mengadakan analisa, mengadakan pertimbangan, dan memilih
diantara alternatif yang tersedia.
Semuanya ini diperlukan oleh
pendidikan agar orang yang melaksanakan dapat maju atau mengalami suatu
progress. Dengan demikian orang akan dapat berbuat sesuatu dengan inteligen dan
mampu melakukan penyesuaian dan penyesuaian kembali sesuai dengan tuntutan dari
lingkungan.
b) Menghendaki pendidikan yang bersendikan atas nilai-nilai
yang tinggi, yang hakiki kedudukannya dalam kebudayaan. Nilai-nilai ini
hendaklah yang sampai kepada manusia melalui sivilasidan yang telah teruji oleh
waktu.
Tugas pendidikan adalah sebagai perantara atau pembawa
nilai-nilai yang ada di dalam “gudang” di luar ke jiwa anak didik. Ini berarti
bahwa anak didik perlu dilatih agar memiliki kemampuan absorbs yang tinggi.
c) Yang menghendaki agar pendidikan kembali kepada jiwa yang
menguasai abad pertengahan, karena jiwa abad pertengahan merupakan jiwa yang
menuntun manusia hingga dapat dimengerti adanya tata kehidupan yang telah
ditentukan secara rasional. Abad pertengahan dengan jiwanya itu telah dapat
menemukan adanya prinsip-prinsip pertama yang mempunyai peranan sebagai dasar
pegangan intelektual manusia dan yang dapat menjadi sarana untuk menemukan
evidens-evidensi diri sendiri.
d) Yang
menghendaki agar anak didik dapat dibangkitkan kemampuannya untuk secara
konstruktif menyesuaikan diri dengan tuntutan perubahan dan perkembangan
masyarakat sebagai akibat adanya pengaruh dari ilmu pengetahuan dan teknologi.
Dengan penyesuaian seperti ini anak didik akan tetap berada dalam suasana aman
dan bebas.[13][13]
E. Peranan
Filsafat Pendidikan dalam Pengembangan Ilmu Pendidikan
Tujuan filsafat pendidikan
memberikan inspirasi bagaiman mengorganisasikan proses pembelajaran yang ideal.
Teori pendidikan bertujuan menghasilkan pemikiran tentang kebijakan dan
prinsip-prinsip pendidikan yang didasari oleh filsafat pendidikan. Praktek
pendidikan atau proses pendidikan menerapkan serangkaian kegiatan berupa
implemintasi kurikulum dan interaksi antara guru dengan peserta didik guna
mencapai tujuan pendidikan dengan menggunakan rambu-rambu dari teori-teori
pendidikan. Peranan filsafat pendidikan memberikan inspirasi, yang menyatakan
tujuan pendidikan Negara bagi masyarakat, memberikan arah yang jelas dan tepat
dengan mengajukan pertanyaan tentang kebijakan pendidikan dan praktik di
lapangan dengan menggunakan rambu-rambu dari teori pendidikan. Seorang guru
perlu menguasai konsep-konsep yang akan
dikaji serta pendagogi atau ilmu dan seni mengajar materi subyek terkait, agar
tidak terjadi salah konsep atau miskonsepsi pada diri peserta didik.
Dr. Omar Muhammad al-Taumy
al-Syaibani mengemukakan pentingnya penentuan suatu falsafat bagi pendidikan
sebagai berikut:
1. Filsafat pendidikan itu dapat
menolong perancang-perancang pendidikan dan orang-orang yang melaksanakan
pendidikan dalam suatu Negara untuk membentuk pemikiran yang sehat terhadap
proses pendidikan. Disamping itu dapat menolong terhadap tujuan-tujuan dan
fungsi-fungsinya serta meningkatkan mutu penyelesaian masalah pendidikan;
2. Filsafat pendidikan dapat membentuk
azas yang khas menyangkut kurikulum, metode, alat-alat pengajaran dan
lain-lain.
3. Filsafat pendidikan menjadi azas
terbaik untuk mengadakan penilaian pendidikan dalam arti menyeluruh. Penilaian
pendidikan meliputi segala usaha dan kegiatan yang dilakukan oleh sekolah dan
institusi-institusi pendidikan.
4. Filsafat pendidikan dapat menjadi
sandaran intelektual bagi para pendidik untuk membela tindakan-tindakan mereka
dalam bidang pendidikan. Dalam hal ini juga sekaligus untuk membimbing pikiran
mereka di tengah kancah pertarungan filsafat umum yang menguasai dunia
pendidikan.[14][14]
5. Banyak ahli filsafat yang
termasyhur, telah memberikan sumbangannya dalam pengembangan ilmu pengetahuan.[15][15]
Adapun dasar alasan mengapa filsafat
pendidikan harus dipelajari oleh setiap pendidik atau guru.
Argumentasi-argumentasi dalam bentuk pokok-pokok pikiran di bawah ini akan
memerikan kepada kita pengertian tentang apa yang dimaksud di atas terdiri
atas:
1. Bahwa setiap manusia atau individu
harus bertindak, termasuk bertindak dalam pendidikan, secara sadar dan terarah
tujuan yang pasti serta atas keputusan batinnya sendiri.
2. Bahwa demikian pula setiap individu
harus bertanggungjawab, termasuk tanggungjawab dalam pendidikan, yang tinggi
rendahnya nilai mutu tanggungjawab tersebut akan banyak ditentukan oleh sistem
nilai dasar norma yang melandasinya.
3. Suatu hal yang tidak dapat
dipungkiri bahwa setiap manusia yang hidup tentu memiliki filsafat hidup,
demikian pula setiap manusia yang hidup dalam bidang dan dunia pendidikan harus
memiliki filsafat pendidikan yang merupakan “guidepost,” tonggak papan penunjuk
jalan sumber dasar dan tujuan tindakan dan tanggungjawabnya dalam kegiatan
pendidikannya.
4. Suatu kenyataan pula bahwa terdapat
keragaman aliran-aliran pendidikan, terhadap mana individu pendidik harus
menentukan pilihannya secara bebas dan bertanggungjawab , terbuka, kritis
dengan meninjaunya dari segala segi, baik positif dan negatifnya.
5. Pada suatu ketika individu pendidik
telah menentukan pilihannya maka ia tidak netral lagi dan meyakininya dan
mengamalkannya aliran filsafat pendidikannya secara penuh rasa tanggungjawab.[16][16]
1.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Apabila anda seorang mahasiswa tentunya anda telah mengikuti
pendidikan agama dan kuliah seorang dosen mungkin memberikan salah satu firman
Tuhan yang menyatakan bahwa Tuhan telah menciptakan segala sesuatu
berpasang-pasangan, laki dan perempuan, negatif dan positif , pro dan kontra,
thesa dan anti thesa, antara teori dan praktek mungkin sampai relasi vertical
dan horizontal.
Pengertian horizontal dan vertical ini dapat digunakan dalam
berbagai bidang kalau tidak di segala bidang dan cabang ilmu pengetahuan,
sosiologi, psikologi politik, organisasi kepemimpinan dan masih banyak lagi
sampai pada cabang filsafat dan pendidikan dan bahkan filsafat pendidikan.
Filsafat pendidikan dengan demikian merupakan pola-pola
pemikiran atau pendekatan filosofis terhadap permasalahan bidang pendidikan dan
pengajaran. Sebaliknya filsafat pendidikan menunjukkan hubungan vertical, naik
ke atas atau turun ke bawah, dengan cabang-cabang ilmu pendidikan yang lain,
seperti pengantar pendidikan, sejarah pendidikan, teori pendidikan,
perbandingan pendidikan dan puncaknya filsafat pendidikan. Hubungan vertical antara
disiplin ilmu tertentu adalah hubungan tingkat penguasaan dan atau keahlian dan
pendalaman atas rumpun ilmu pengetahuan yang sejenis.
Maka dari itu, filsafat pendidikan sebagai salah satu bukan
satu-satunya ilmu terapan, adalah cabang ilmu pengetahuan yang memusatkan
perhatiannya pada penerapan pendekatan filosofis pada bidang pendidikan dalam
rangka meningkatkan kesejahteraan hidupdan penghidupan manusia pada umumnya dan
manusia yang berprdikat pendidik atau guru pada khususnya.
DAFTAR PUSTAKA
Prasetya.
1997. Filsafat Pendidikan. Bandung.:
Pustaka Setia
Juhaya.
2005. Aliran-aliran Filsafat &Etika. Jakarta:
Prenada Media
Hasbullah.
2009. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan.
Jakarta: Rajawali Pers
Said, H.M.
1988. Ilmu Pendidikan. Jakarta:
Alumni
Ali,
Hamdani. 1986. Filsafat Pendidikan.
Yogyakarta: Kota Kembang
Tirtahardja,
Umar & Sulo La. 2005. Pengantar
Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
Pidarta,
Made. 1997. Landasan Kependidikan. Jakarta:
Cipta
Ramayulis.
2008. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta:
Kalam Mulia
Nata,
Abuddin. 1999. Filsafat Pendidikan Islam.
Jakarta: Logos Wacana Ilmu
Barnadib,
Imam. 1990. Filsafat Pendidikan (sistem
& metode). Yogyakarta: Andi Offset
Salam,
Burhanuddin. 1995. Pengantar Filsafat. Jakarta:
Bumi Aksara
Saifullah,
Ali. Tanpa tahun. Antara Filsafat dan
Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional
http://www.scribd.com/doc/88644641/filsafat-pendidikan-pengantar
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama
Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji
syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah Filsafat
Pendidikan.
Makalah ini telah kami
susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga
dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan
makalah ini.
Terlepas dari semua
itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.
Akhir kata kami
berharap semoga makalah Makalah Filsafat Pendidikan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi
terhadap pembaca.
..........................,
Juni 201
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar................................................................................................. i
Daftar Isi............................................................................................................ ii
BAB I Pendahuluan.......................................................................................... 1
1.1
Latar Belakang Masalah................................................................... 1
BAB II Pembahasan Filsafat Dan Pendidikan............................................... 3
2.1 Pendidikan dalam analisis filsafat...................................................... 3
2.2 Pendekatan Filosofi
Dalam Pemecahan Masalah Pendidikan............ 5
2.3 Hubungan filsafat dan
teori pendidikan............................................. 7
BAB III Kesimpulan Dan Saran...................................................................... 10
3.1 Kesimpulan....................................................................................... 10
3.2 Saran................................................................................................. 10
Daftar
Pustaka.................................................................................................. 11
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................... i
DAFTAR ISI..................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................ 1
D.
Latar
Belakang Masalah........................................................................ 1
E.
Tujuan
Penulisan................................................................................... 1
F.
Rumusan
Masalah................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................. 2
F.
Pengertian
Filsafat Pendidikan............................................................. 2
G.
Latar
Belakang Munculnya Filsafat Pendidikan................................... 9
H.
Ruang
Lingkup Filsafat Pendidikan..................................................... 11
I.
Konsep
Filosofis Mengenai Pendidikan............................................... 12
J.
Peranan
Filsafat Pendidikan dalam Pengembangan Ilmu Pendidikan.. 13
BAB III PENUTUP.......................................................................................... 16
3.1 Simpulan................................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 17
[1][1]
Drs. Prasetya. Filsafat Pendidikan.
(Bandung: Pustaka Setia, 1997) hal. 9-10
[2][2]
Prof. Dr. Juhaya. Aliran-aliran Filsafat
dan Etika. (Jakarta:Prenada Media.2005). hal. 5
[3][3]
Hasbullah. Dasar-dasar Ilmu pendidikan (Jakarta:Rajawali
Pers.2009) hal. 5
[4][4]
Drs. Prasetya. Hal. 21
[5][5]
Prof. Dr. HM. Said. Ilmu Pendidikan (Jakarta:Alumni.1998).
hal. 10
[6][6]
Drs. Prasetya. Hal. 23
[7][7]
H.B. Hamdani Ali M.A M.Ed. Filsafat
Pendidikan (Jakarta: Alumni.1998). hal. 10
[8][8]
Prof. Dr. Made Pidarta. Landasan
kependidikan. (Jakarta:Rineka Cipta. 1997). Hal.84
[9][9]
http://www.sribd.com/doc/88644641/filsafat-pendidikn-pengantar.
[10][10]
Prof. Dr. H. Ramayulis. Ilmu Pendidikan
Islam (Jakarta:Kalam Mulia.2008). hal. 17
[11][11]
Prof. Dr. Umar Tirtarahrdja & Drs. S.L. La Sulo. Pengantar Pendidikan (Jakarta:Rineka Cipta.2005). hal. 51
[12][12]
Dr. H. Abuddin Nata, M.A. Filsafat
Pendidikan Islam (Jakarta:Logos Wacana Ilmu.1999).hal. 16
[13][13]
Prof. Imam Barnadit M.A Ph.D. Filsafat
Pendidikan (sistem & metode) (Yogyakarta: Andi Offset.1990). hal. 26
[14][14]
http://www.scribd.com/doc/88644641/filsafat-pendidikan-pengantar
[15][15]
Drs. Burhanuddin Salam. Pengantar
Filsafat (Jakarta:Bumi Aksara.1995). hal. 77
[16][16]
Drs. Ali Saifullah M.A. Antara Filsaafat
dan Pendidikan. (Surabaya: Usaha Nasional. Tanpa tahun). Hal. 120
Tidak ada komentar:
Posting Komentar