Selasa, 18 Juli 2017

Makalah Filsafat Pendidikan



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Filsafat pendidikan merupakan filsafat dalam pendidikan. Pendidikan membutuhkan filsafat karena masalah-masalah pendidikan tidak hanya menyangkut pelaksanaan pendidikan yang dibatasi pengalaman, tetapi masalah-masalah yang lebih luas, lebih dalam, serta lebih kompleks, yang tidak dibatasi pengalaman maupun fakta-fakta pendidikan, dan tidak memumngkinkan dapat dijangkau oleh sains pendidikan.
Seorang guru, baik sebagai pribaadi maupun sebagai pelaksana pendidikan, perlu mengetahui filsafat pendidikan. Seorang guru perlu memahami dan tidak boleh uta terhadap filsafat pendidikan, karena tujuan pendidikan senantiasa berhubungan langsung dengan tujuan hidup dan kehidupan individu maupun masyarakat yang menyelenggarakan pendidikan. Tujuan pendidikan perlu dipahami dalam hubungannya dengan tujuan hidup. Guru sebagai pribadi mempunyai tujuan hidupnya dan guru sebagai warga masyarakat mempunyai tujuan hidup bersama.

B.     Tujuan Penulisan
Dengan mengetahui filsafat pendidikan, kita akan mengetahui dan memahami pengertian filsafat pendidikan, ruang lingkup, serta peranan filsafat pendidikan dalam dunia pendidikan.

C.    Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian filsafat pendidikan?
2.      Apa latar belakang munculnya filsafat pendidikan?
3.      Apa saja ruang lingkup filsafat pendidikan?
4.      Bagaimana konsep filosofis mengenai pendidikan?
5.      Apa peran filsafat pendidikan dalam pengembangan ilmu pendidikan?


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Filsafat Pendidikan
            Menetapkan suatu definisi nampaknya sulit untuk dilakukan. Kenapa? Karena persoalannya bukan terletak pada saat bagaimana untuk mengemukakan definisi itu, melainkan soal mau atau tidaknya orag menerima definisi kita itu, akan pahamkah mereka dengan definisi yang kita jelaskan atau tidak? Ini adalah persoalan yang tidak bisa dianggap sepele. Demikiab juga masalah filsafat, sulit sekali untuk memberikan suatu batasan yang benar dan pasti tentang kata filsafat. Buktinya para filsuf selalu berbeda-beda dalam mendefinisikan filsafat.
            Menurut Prof. Dr. Harun Nasution, filsafat berasal dari kata yunani yang tersusun dari dua kata, philein dalam arti cinta dan sophos dalam arti hikmat (wisdom). Orang Arab memindahkan kata philosophia dari bahasa Yunani ke dalam bahasa mereka dengan menyesuaikan, tabiat susunan kata-kata Arab, yaitu falsafah dengan pola fa’lala, fa’lalah, dan fi’lal. Dengan demikian kata benda dari kata kerja falsafa seharusnya menjadi falsafah atau filsaf.
            Selanjutnya kata filsafatyang banyak terpakai dalam bahasa Indonesia, menurut Prof. Dr. Harun Nasution bukan berasal dari bahasa Arab falsafah dan bukan pula dari bahasa barat philosophy. Di sini dipertanyakan tentang apakah fil diambil dari bahasa barat dan safah dari bahasa Arab, sehingga terjadi gabungan antara keduanya dan menimbulkan kata filsafat.
            Dari pengertian secara etimologi itu, ia memberikan definisi filsafat sebagai berikut:
-            Pengetahuan tentang hikmah;
-            Pengetahuan tentang prinsip atau dasar-dasar;
-            Mencari kebenaran;
-            Membahas dasar-dasar dari apa yang dibahas.
            Dengan demikian ia berpendapat bahwa intisari filsafat ialah berpikir menurut tata tertib (logika) dengan bebas (tidak terikat pada tradisi, dogma serta agama) dan dengan sedalam-dalamnya sehingga sampai ke dasar-dasar persoalannya.[1][1]
            Secara terminologis, filsafat mempunyai arti bermacam-macam, sebanyak orang yang memberikan pengertian atau batasan. Gambaran yang lebih jelas mengenai filsafat dapat disimak pada pendapat Titus:
-            Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan dan alam, biasanya diterima secara kritis.
-            Filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang kita junjung tinggi.
-            Filsafat adalah usaha untuk mendapatkan gambaran keseluruhan.
-            Filsafat adalah sebagai analisa logis dari bahasa serta penjelasan tentang arti kata dan konsep.
-            Filsafat adalah sekumpulan problema-problema yang langsung mendapat perhatian dari manusia dan yang dicari jawabannya jawabannya oleh ahli-ahli filsafat.[2][2]
            Dalam kenyataannya, pengertian pendidikan selalu mengalami perkembangan, meskipun secara essensial tidak jauh berbeda. Berikut ini akan dikemukakan sejumlah pengertian pendidikan yang diberikan oleh para ahli (pendidikan).
1.      Langeveld
            Pendidikan ialah setiap usaha, pengaruh, perlindungan dan bantuan yang diberikan kepada anak tertuju kepada pendewasaan anak itu, atau lebih tepat membantu anak agar cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri. Pengaruh itu datangnya dari orang dewasa (atau yang diciptakan oleh orang dewasa seperti sekolah, buku, putaran hidup sehari-hari, dan sebagainya) dan ditujukan kepada orang yang belum dewasa.
2.      John Dewey
            Pendidikan adalah proses pembntukan kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional kea rah alam dan sesame manusia.
3.      J. J. Rousseau
            Pendidikan adalah member kita perbekalan yang tidak ada pada masa kanak-kanak, akan tetapi kita membutuhkannya pada waktu dewasa.
4.      Driyarkara
            Pendidikan adalah pemanusiaan manusia muda atau pengangkatan manusia muda ke taraf insane.
5.      Carter V. Good
a.      pedagogy is the art. Practice and profession of  teaching.
b.      The systematized learning or instruction concerning principles and methods of teaching and of student control and guidance; largely replaced by the term education.
      Pendidikan adalah:
a.       Seni, praktek dan profesi sebagai pengajar;
b.      Ilmu yang sistematis atau pengajaran yang berhubungan dengan prinsip dan metode-metode mengajar, pengawasan dan bimbingan murid; dalam arti luas digantikan dengan istilah pendidikan.
6.      Ahmad D Marimba
            Pendidikan ialah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama. Unsur- unsure yang terdapat dalam pendidikan dalam hal ini adalah:
a.       Usaha (kegiatan), usaha itu bersifat bimbingan (pimpinan atau pertolongan) dan dilakukan secara sadar;
b.      Ada pendidik, pembimbing; atau penolong.
c.       Ada yang dididik atau si terdidik;
d.      Bimbingan itu mempunyai dasar dan tujuan;
e.       Dalam usaha itu tentu ada alat-alat yang dipergunakan.
7.      Ki Hajar Dewantara
      Pendidikan yaitu tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatn dan kebahagiaan yang setingi-tingginya.
8.      Menurut UU Nomor 2 Tahun 1989
            Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan pengajaran dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan dating.
9.      Menurut UU No. 20 th. 2003
            Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
            Dari beberapa pengertian atau batasan pendidikan yang diberikan para ahli tersebut, meskipun berbeda secara redaksional namun secara essensial terdapat kesatuan unsure-unsur atau faktor-faktor yang terdapat di dalamnya, yaitu bahwa pengertian pendidikan tersebut menunjukan suatu proses bimbngan, tuntunan dan pimpinan yang di dalamnya mengandung unsur-unsur seperti pendidik, anak didik, tujuan dan sebagainya.[3][3]
            Dr. Yahya Qahar menjelaskan pngertian pendidikan adalah filsafat yang bergerak di lapangan pendidikan yang mempelajari proses kehidupan dan alternatif proses pendidikan dalam pembentukan watak. Ia menyoroti dan memberikan pandangan tentang:
a)      Nilai-nilai yang seharusnya menjadi dasar pendidikan dan pandangan hidup.
b)      Pandangan tentang manusia yang dididik.
c)      Tujuan pendidikan.
d)     System dan praktek pendidikan (teori pendidikan).
e)      Bahan pendidikan.
            Selanjutnya menurut Yahya Qahar bahwa filsafat pendidikan masih dapat dibedakan antara filsafat pendidikan yang bersifat umum dan filsafat pendidikan nasional. Adanya pemikiran yang kedua ini karena adanya penekanan pada ruang lingkup nasional dan adanya tujuan pengertian tujuan pendidikan nasional seperti pendidikan nasional pancasila. Dan tujuan pendidikan nasional inipun sebenarnya bertitik tolak dari pemikiran filsafat pendidikan secara umum, namun penekanannya saja pada ruang lingkup nasional. Atau dengan kata lain bhwa lingkup nasional dalam pendidikan tidak dapat dipisahkan dengan politik pendidikan di dalam suatu Negara. Hal ini sebagaiman diungkapkan oleh Prof. Dr. Hasan Langgulung dalam bahasannya: “Filsafat pendidikan adalah sejumlah prinsip, kepercayaan, konsep, asumsi dan premis yang ada hubungan erat dengan praktek pendidikan yang ditentukan dalam bentuk yang saling melengkapi, bertalian dan selaras yang berfungsi sebagai teladan dan pembimbing bagi usaha pendidikan dan proses pendidikan dengan seluruh aspek-aspeknya dan bagi politik dalam suatu Negara”.[4][4]
            Filsafat pendidikan juga dapat diartikan sebagai gagasan tentang apa yang harus diperbuat oleh pendidikan dan bagaimana melaksanakannya.[5][5]
            Menurut Prof. Dr. Hasan Langgulung dalam bahasannya mengenai filsafat pendidikan diberi definisi sebagai berikut:
a)        Filsafat pendidikan adalah penerapan metoda dan pandangan filsafat dalam bidang pengalman manusia yang disebut pendidikan. Filsafat pendidikan adalah mencari konsep-konsep yang dapat menyelaraskan gejala-gejala yang terkandung di dalam pendidikan dan suatu rencana menyeluruh, menjelaskan istilah-istilah pendidikan, mengajukan prinsip-prinsip atau asumsi-asumsi dasar tempat tegaknya pernyataan-pernyataan khusus mengenai pendidikan dan menyingkapkan klasifikasi-klasifikasi yang menghubungkan antara pendidikan dan bidang-bidang kepribadian manusia.
b)       Filsafat pendidikan adalah aktifitas pemikiran teratur yang menjadikan filsafat sebagai medianya untuk menyusun proses pendidikan, menyelaraskan, mengharmoniskan dan menerapkan nilai-nilai dan tujuan-tujuan yang ingin dicapainya. Jadi di sini filsafat, filsafat pendidikan dan pengalaman kemanusiaan adalah tiga elemen bagi suatu kesatuan yang utuh.
c)        Filsafat pendidikan adalah aktivitas yang dikerjakan oleh pendidik dan filosof-filosof untuk menjelaskan proses pendidikan, menjelaskan, mengkritik dan mengubahnya berdasar pada masalah-masalah kontradiksi-kontradiksi budaya.
d)       Filsafat pendidikan adalah teori atau ideologi pendidikan yang muncul dari sifat filsafat seorang pendidik, dari pengalaman-pengalamnnya dalam pendidikan dan kehidupan dari kajiannya tentang berbagai ilmu yang berhubungan dengan pendidikan, dan berdasar itu pendidik dapat mengetahui sekolah berkembang. Kenapa kanak-kanak belajar? Apa hubunganny antara sekolah dengan lembaga-lembaga sosial yang lain? Apa watak proses pendidikan itu? Dan apa pula watak tujuan-tujuan pendidikan? Dan lain sebagainya.
            Berdasarkan uraian dari para ahli tentang filsafat pendidikan yang sesuai dengan kenyataan (semangat dan mempunyai kepentingan terapan dan bimbingan dalam bidang pendidikan) maka filsafat pendidikan merupakan terapan ilmu filsafat terhadap problema pendidikan atau filsafat yang diterapkan dalam suatu usaha pemikiran (analisa filosofis) mengenai masalah pendidikan.
            Dan sebagai ilmu yang merupakan jawaban terhadap problema-problema dalam lapangan pendidikan, maka filsafat pendidikan dalam kegiatannya secara normative tertumpu dan berfungsi untuk:
1)      Merumuskan dasar-dasar dan tujuan pendidikan, konsep hakikat pendidikan dan hakikat manusia, dan isi moral pendidikan.
2)      Merumuskan teori, bentuk dan system pendidikan yang meliputi: kepemimpinan, politik pendidikan, pola-pola akulturasi dan peranan pendidikan dalam pembangunan bangsa dan Negara.
3)      Merumuskan hubungan antara agama, filsafat, filsafat pendidikan, teoari pendidikan dan kebudayaan.
            Jadi jelaslah bahwa rumusan tadi telah merangkum bidang-bidang ilmu yaitu filsafat pendidikan dan ilmu pendidikan (educational science) dan hubungan antara keduanya yang saling melengkapi antara satu terhadap yang lainnya.[6][6]
            Dalam beberapa hal, filsafat pendidikan itu dapat disingkat dalam  bentuk formula. Dan formula ini kemudian dijadikan semacam semboyan atau slogan. Tetapi kadang-kadang semboyan-semboyan itu sering pula disalah tafsirkan. Biasanya hal itu terjadi kalau kesalahan terjadi dalam bidang pendidikan, yang terlihat pada hasil dari pendidikan itu, yang didasarkan pada semboyan tersebut. Missal-misal yang dapat kami kemukakan dari semboyan yang kami maksudkan itu ialah yang typis kata-kata hikmat dalam bidang pendidikan, seumpama:
“semua pengetahuan itu adalah ingatan”
“manusia itu adalah hewan yang berakal”
“Pendidikan itu mengandung irama”
“Pendidikan itu harusnya mengajar kita hidup dekat dengan alam”
“Kita belajar dengan berbuat”,- dan lain-lain.
            Alangakh banyaknya hal-hal yang telah diperbuat berdasarkan slogan-slogan seperti itu. Dia mudah diingat dan merasuk ke dalam hati. Dia kadang-kadang merupakan pedoman di malam yang gelap atau sebagai lampu yang menerangi jalan-jalan yang akan ditempuh untuk mencapai suatu tujuan. Dia merupakan ide singkat yang kadang-kadang merupakan hasil perasaan dari bahasan filsafat yang panjang lebar.
            Salah satu tugas kita mempelajari filsafat pendidikan adalah antara lain buat menyelamatkan formula-formula dan pikiran-pikiran yang mengandung unsur-unsur pendidikan itu, yang terungkap dan tercetus sebagai slogan dan semboyan. Kita akan berusaha memberikan daya hidup dan arti yang berhasil dan berdaya guna dan berbuat menonjolkan ide dan pikiran-pikiran itu sebagai pusat pegangan dalam himpunan ide-ide yang membentuk filsafat pendidikan. Apabila ide-ide dan pikiran-pikiran itu ditampilkan dalam bentuk demikian, yang pada hakikatnya tidak mudah untuk dimengerti begitu saja, ide-ide itu menghendaki waktu dan kesabaran agar dapat dipegang dan dipedomani sebgaimana yang dikhendaki oleh si filusuf.[7][7]
            Secara tidak langsung filsafat pendidikan menginspirasikan, menganalisis, mempreskriptifkan serta menginvestigasi pendidikan.[8][8]
B.     Latar Belakang Munculnya Filsafat Pendidikan
            Adapun latar belakang munculnya filsafat pendidikan adalah :
1.      Ajaran filsafat yang komperehnsif telah menempati status yang tinggi dalam kehidupan kebudayaan manusia, yakni sebagai ideologi suatu bangsa dan Negara.
2.      Tujuan berfilsafat adalah membina manusia mempunyai akhlak yang tertinggi;
3.      Eksistensi suatu bangsa adalah ideologi dan filsafat hidupnya, maka demi mewariskan eksistensi tersebut jalan yang efektif adalah melalui PENDIDIKAN.
4.      Tidak berbda dengan fungsi filsafat pendidikan adalah suatu bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian utama;
5.      Pendidikan secara fundamental didasarkan atas asas-asas filosofis dan ilmiah untuk menjamin tujuan pendidikan yaitu: meningkatkan perkembangan sosial budaya bahkan martabat bangsa, kewibawaan dan kejayaan Negara.[9][9]
6.      Pada hakikatnya kehidupan mengndung unsur kehidupan karena adanya interaksi dengan lingkungan, namun yang penting bagaimana peserta didik menyesuaikan diri dan menempatkan diri dengan sebaik-baiknya dalam berinteraksi dengan semua itu dan dengan siapapun.[10][10]
7.      Perkembangan iptek berlangsung semakin pesat sehingga tidak mungkin bagi para pendidik (khususnya guru) mengajarkan semua fakta konsep kepada peserta didik. Disamping tidak mungkin, mungkin juga tidak perlu karena kemampuan manusia yang terbatas untuk menampung ilmu. Jalan keluarnya ialah peserta didik dari dini dibiasakan bersikap selektif terhadap segala informasi yang membanjirinya. Mereka harus belajar memiliki sikap mandiri.
8.      Penemuan iptek tidak mutlak benar 100%, sifatnya relatif, semua teori mungkin tertolak dan gugur setelah ditemukan data baru yang sanggup membuktikan kekeliuran teori tersebut. Sebagai akibatnya muncullah lagi teori baru yang pada dasarnya kebenarannya juga bersifat relatif. Untuk menghadapi kondisi seperti itu perlu ditanamkan sikap ilmiah kepada peserta didik seperti keberanian bertanya, berpikir kritis, dan analisis dalam menemukan sebab-sebab, dan pemecahan terhadap masalah.
9.      Para ahli psikologi umumnya sependapat, bahwa peserta didik mudah memahami konsep-konsep yang rumit dan abstrak jika disertai dengan contoh-contoh konkret dan wajar sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi dengan mengalami atau mempraktekkan sendiri.
10.  Dalam proses pendidikan dan pembelajaran pengembangan konsep seyogyanya tidak dilepaskan dari pengembangan sikap dan penanaman nilai-nilai ke dalam diri peserta didik. Konsep di satu pihak dan nilai-nilai di lain pihak harus disatupadukan, agar konsep keilmuan tidak mengarah pada intelektualisme yang “gersang” tanpa diwarnai sifat manusiawi. Kemandirian dalam belajar membuka kemungkinan terhadap lahirnya calon-calon insane pemikir yang manusiawi serta menyatu dalam pribadi yng serasi dan berimbang.[11][11]



C.    Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan
            Jika diamati secara seksama, sebenarnya secara sepintas atau tidak langsung, uraian tersebut di atas telah menunjukan atau menggambarkan ruang lingkup filsafat pendidikan. Namun demikian, secara lebih khusus lagi nampaknya masalah tersebut masih perlu dipertegas. Penjelasan mengenairuang lingkup ini mengandung indikasi bahwa filsafat pendidikan telah diakui sebagai sebuah disiplin ilmu. Hal ini dapat dilihat dari adanya beberapa sumber bacaan, khususnya buku yang menginformasikan hasil-hasil penelitian tentang filsafat pendidikan sebagai sebuah disiplin ilmu, mau tidak mau filsafat pendidikan harus menunjukan dengan jelas mengenai bidang kajiannya atau cakupan pembahasannya.
            Dalam hubungan dengan hal di atas, dapat dijumpai pendapat Muzayyin Arifin yang menyatakan bahwa mempelajari filsafat pendidikan berarti memasuki arena pemikiran yang mendasar, sistematik, logis dan menyeluruh (universal) tentang pendidikan, yang tidak hanya dilatarbelakangi oleh pengetahuan saja, melainkan menuntut kita untuk mempelajari ilmu-ilmu lain yang relevan. Pendapat ini member petunjuk bahwa ruang lingkup filsafat pendidikan adalah masalah-masalah yang terdapat dalam kegiatan pendidikan, seperti masalah tujuan pendidikan, masalah guru, kurikulum, metode dan lingkungan. Bagaimankah semua masalah tersebut disusun, tentu saja harus ada pemikiran yang melatarbelakangi. Pemikiran yang melatarbelakanginya disebut filsafat pendidikan. Karena itu dalam mengkaji filsafat pendidikan, seseorang akan diajak memahami konsep tujuan pendidikan, konsep guru yang baik, konsep kurikulum, dan seterusnya yang dilakukan secara mendalam, sistematik, logis, radikal, dan universal berdasarkan tuntutan keadaan. Dalam hubungan ini, seseorang yang mengkaji filsafat pendidikan, disamping harus menguasai masalah filsafat dan pendidikan pada umumnya. Dalam hubungannya dapat membangun pemikiran pendidikan. Dengan kata lain seorang pemikir filsafat pendidikan adalah orang yang menguasai dan menyukai filsafat dan pendidikan secara mendalam.
            Dalam hubungan dengan ruang lingkup filsafat pendidikan ini, Muzayyin Arifin lebih lanjut mengatakn bahwa ruang lingkup pemikirannya bukanlah mengenai hal-hal yang bersifat teknis operasional pendidikan, melainkan menyangkut segala hal yang mendasari serta yang mewarnai corak sistem pemikiran yang disebut filsafat itu. Dengan demikian secara umum ruang lingkup pembahasan filsafat pendidikan adalah pemikiran yang serba mendalam, mendasar, sistematis, terpadu, logis, menyeluruh, dan universal mengenai konsep-konsep yang berkaitan dengan pendidikan. Konsep-konsep tersebut mulai dari perumusan tujuan pendidikan, kurikulum, guru, metode, lingkungan dan seterusnya.[12][12]

D.    Konsep Filosofis Mengenai Pendidikan
            Perkembangan dan perubahan dalam lapangan pendidikan menimbulkan tantangan agar para pendidik mempunyai sikap tertentu yang telah bersendikan atas pendirian tertentu pula. Untuk ini, yang ladzim dianut, menurut Theodor Brameld, adalah kemungkinan-kemungkinan sikap seperti konservatif, bebas dan modifikatif, regresif atau radikal rekonstruktif.
            Beberapa sikap di atas dalam penjabarannya mengenai pendidikan dapat dirumuskan sebagai berikut:
a)      Menghendaki pendidikan yang pada hakikatnya progresif. Tujuan pendidikan hendaklah diartikan sebagai rekonstruksi pengalaman yang terus-menerus.
            Pendidikan adalah bukan hanya meyampaikan pengetahuan kepada anak didik untuk diterima saja, melainkan yang lebih penting daripada itu adalah melatih kemampuan berpikir dengan memberikan stimulasi-stimulasi. Yang dimaksud dengan berpikir adalah penerapan cara-cara ilmiah seperti mengadakan analisa, mengadakan pertimbangan, dan memilih diantara alternatif yang tersedia.
            Semuanya ini diperlukan oleh pendidikan agar orang yang melaksanakan dapat maju atau mengalami suatu progress. Dengan demikian orang akan dapat berbuat sesuatu dengan inteligen dan mampu melakukan penyesuaian dan penyesuaian kembali sesuai dengan tuntutan dari lingkungan.
b)   Menghendaki pendidikan yang bersendikan atas nilai-nilai yang tinggi, yang hakiki kedudukannya dalam kebudayaan. Nilai-nilai ini hendaklah yang sampai kepada manusia melalui sivilasidan yang telah teruji oleh waktu.
Tugas pendidikan adalah sebagai perantara atau pembawa nilai-nilai yang ada di dalam “gudang” di luar ke jiwa anak didik. Ini berarti bahwa anak didik perlu dilatih agar memiliki kemampuan absorbs yang tinggi.
c)   Yang menghendaki agar pendidikan kembali kepada jiwa yang menguasai abad pertengahan, karena jiwa abad pertengahan merupakan jiwa yang menuntun manusia hingga dapat dimengerti adanya tata kehidupan yang telah ditentukan secara rasional. Abad pertengahan dengan jiwanya itu telah dapat menemukan adanya prinsip-prinsip pertama yang mempunyai peranan sebagai dasar pegangan intelektual manusia dan yang dapat menjadi sarana untuk menemukan evidens-evidensi diri sendiri.
d)  Yang menghendaki agar anak didik dapat dibangkitkan kemampuannya untuk secara konstruktif menyesuaikan diri dengan tuntutan perubahan dan perkembangan masyarakat sebagai akibat adanya pengaruh dari ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan penyesuaian seperti ini anak didik akan tetap berada dalam suasana aman dan bebas.[13][13]

E.     Peranan Filsafat Pendidikan dalam Pengembangan Ilmu Pendidikan
            Tujuan filsafat pendidikan memberikan inspirasi bagaiman mengorganisasikan proses pembelajaran yang ideal. Teori pendidikan bertujuan menghasilkan pemikiran tentang kebijakan dan prinsip-prinsip pendidikan yang didasari oleh filsafat pendidikan. Praktek pendidikan atau proses pendidikan menerapkan serangkaian kegiatan berupa implemintasi kurikulum dan interaksi antara guru dengan peserta didik guna mencapai tujuan pendidikan dengan menggunakan rambu-rambu dari teori-teori pendidikan. Peranan filsafat pendidikan memberikan inspirasi, yang menyatakan tujuan pendidikan Negara bagi masyarakat, memberikan arah yang jelas dan tepat dengan mengajukan pertanyaan tentang kebijakan pendidikan dan praktik di lapangan dengan menggunakan rambu-rambu dari teori pendidikan. Seorang guru perlu menguasai  konsep-konsep yang akan dikaji serta pendagogi atau ilmu dan seni mengajar materi subyek terkait, agar tidak terjadi salah konsep atau miskonsepsi pada diri peserta didik.
            Dr. Omar Muhammad al-Taumy al-Syaibani mengemukakan pentingnya penentuan suatu falsafat bagi pendidikan sebagai berikut:
1.      Filsafat pendidikan itu dapat menolong perancang-perancang pendidikan dan orang-orang yang melaksanakan pendidikan dalam suatu Negara untuk membentuk pemikiran yang sehat terhadap proses pendidikan. Disamping itu dapat menolong terhadap tujuan-tujuan dan fungsi-fungsinya serta meningkatkan mutu penyelesaian masalah pendidikan;
2.      Filsafat pendidikan dapat membentuk azas yang khas menyangkut kurikulum, metode, alat-alat pengajaran dan lain-lain.
3.      Filsafat pendidikan menjadi azas terbaik untuk mengadakan penilaian pendidikan dalam arti menyeluruh. Penilaian pendidikan meliputi segala usaha dan kegiatan yang dilakukan oleh sekolah dan institusi-institusi pendidikan.
4.      Filsafat pendidikan dapat menjadi sandaran intelektual bagi para pendidik untuk membela tindakan-tindakan mereka dalam bidang pendidikan. Dalam hal ini juga sekaligus untuk membimbing pikiran mereka di tengah kancah pertarungan filsafat umum yang menguasai dunia pendidikan.[14][14]
5.      Banyak ahli filsafat yang termasyhur, telah memberikan sumbangannya dalam pengembangan ilmu pengetahuan.[15][15]
            Adapun dasar alasan mengapa filsafat pendidikan harus dipelajari oleh setiap pendidik atau guru. Argumentasi-argumentasi dalam bentuk pokok-pokok pikiran di bawah ini akan memerikan kepada kita pengertian tentang apa yang dimaksud di atas terdiri atas:
1.      Bahwa setiap manusia atau individu harus bertindak, termasuk bertindak dalam pendidikan, secara sadar dan terarah tujuan yang pasti serta atas keputusan batinnya sendiri.
2.      Bahwa demikian pula setiap individu harus bertanggungjawab, termasuk tanggungjawab dalam pendidikan, yang tinggi rendahnya nilai mutu tanggungjawab tersebut akan banyak ditentukan oleh sistem nilai dasar norma yang melandasinya.
3.      Suatu hal yang tidak dapat dipungkiri bahwa setiap manusia yang hidup tentu memiliki filsafat hidup, demikian pula setiap manusia yang hidup dalam bidang dan dunia pendidikan harus memiliki filsafat pendidikan yang merupakan “guidepost,” tonggak papan penunjuk jalan sumber dasar dan tujuan tindakan dan tanggungjawabnya dalam kegiatan pendidikannya.
4.      Suatu kenyataan pula bahwa terdapat keragaman aliran-aliran pendidikan, terhadap mana individu pendidik harus menentukan pilihannya secara bebas dan bertanggungjawab , terbuka, kritis dengan meninjaunya dari segala segi, baik positif dan negatifnya.
5.      Pada suatu ketika individu pendidik telah menentukan pilihannya maka ia tidak netral lagi dan meyakininya dan mengamalkannya aliran filsafat pendidikannya secara penuh rasa tanggungjawab.[16][16]

1.       
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Apabila anda seorang mahasiswa tentunya anda telah mengikuti pendidikan agama dan kuliah seorang dosen mungkin memberikan salah satu firman Tuhan yang menyatakan bahwa Tuhan telah menciptakan segala sesuatu berpasang-pasangan, laki dan perempuan, negatif dan positif , pro dan kontra, thesa dan anti thesa, antara teori dan praktek mungkin sampai relasi vertical dan horizontal.
Pengertian horizontal dan vertical ini dapat digunakan dalam berbagai bidang kalau tidak di segala bidang dan cabang ilmu pengetahuan, sosiologi, psikologi politik, organisasi kepemimpinan dan masih banyak lagi sampai pada cabang filsafat dan pendidikan dan bahkan filsafat pendidikan.
Filsafat pendidikan dengan demikian merupakan pola-pola pemikiran atau pendekatan filosofis terhadap permasalahan bidang pendidikan dan pengajaran. Sebaliknya filsafat pendidikan menunjukkan hubungan vertical, naik ke atas atau turun ke bawah, dengan cabang-cabang ilmu pendidikan yang lain, seperti pengantar pendidikan, sejarah pendidikan, teori pendidikan, perbandingan pendidikan dan puncaknya filsafat pendidikan. Hubungan vertical antara disiplin ilmu tertentu adalah hubungan tingkat penguasaan dan atau keahlian dan pendalaman atas rumpun ilmu pengetahuan yang sejenis.
Maka dari itu, filsafat pendidikan sebagai salah satu bukan satu-satunya ilmu terapan, adalah cabang ilmu pengetahuan yang memusatkan perhatiannya pada penerapan pendekatan filosofis pada bidang pendidikan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan hidupdan penghidupan manusia pada umumnya dan manusia yang berprdikat pendidik atau guru pada khususnya.


DAFTAR PUSTAKA

Prasetya. 1997. Filsafat Pendidikan. Bandung.: Pustaka Setia
Juhaya. 2005. Aliran-aliran Filsafat &Etika. Jakarta: Prenada Media
Hasbullah. 2009. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers
Said, H.M. 1988. Ilmu Pendidikan. Jakarta: Alumni
Ali, Hamdani. 1986. Filsafat Pendidikan. Yogyakarta: Kota Kembang
Tirtahardja, Umar & Sulo La. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
Pidarta, Made. 1997. Landasan Kependidikan. Jakarta: Cipta
Ramayulis. 2008. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia
Nata, Abuddin. 1999. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Logos Wacana Ilmu
Barnadib, Imam. 1990. Filsafat Pendidikan (sistem & metode). Yogyakarta: Andi Offset
Salam, Burhanuddin. 1995. Pengantar Filsafat. Jakarta: Bumi Aksara
Saifullah, Ali. Tanpa tahun. Antara Filsafat dan Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional
http://www.scribd.com/doc/88644641/filsafat-pendidikan-pengantar






KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah Filsafat Pendidikan.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
   
Akhir kata kami berharap semoga makalah Makalah Filsafat Pendidikan  ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

..........................,    Juni 201

Penyusun


DAFTAR ISI

Kata Pengantar................................................................................................. i
Daftar Isi............................................................................................................ ii
BAB I Pendahuluan.......................................................................................... 1
1.1        Latar Belakang Masalah................................................................... 1
BAB II Pembahasan Filsafat Dan Pendidikan............................................... 3
2.1  Pendidikan dalam analisis filsafat...................................................... 3
2.2  Pendekatan Filosofi Dalam Pemecahan Masalah Pendidikan............ 5
2.3  Hubungan filsafat dan teori pendidikan............................................. 7
BAB III Kesimpulan Dan Saran...................................................................... 10
3.1    Kesimpulan....................................................................................... 10
3.2    Saran................................................................................................. 10
Daftar Pustaka.................................................................................................. 11




DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... i
DAFTAR ISI..................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................ 1
D.        Latar Belakang Masalah........................................................................ 1
E.         Tujuan Penulisan................................................................................... 1    
F.          Rumusan Masalah................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................. 2
F.          Pengertian Filsafat Pendidikan............................................................. 2
G.        Latar Belakang Munculnya Filsafat Pendidikan................................... 9
H.        Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan..................................................... 11
I.           Konsep Filosofis Mengenai Pendidikan............................................... 12
J.           Peranan Filsafat Pendidikan dalam Pengembangan Ilmu Pendidikan..        13

BAB III PENUTUP.......................................................................................... 16
3.1 Simpulan................................................................................................. 16

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 17




[1][1] Drs. Prasetya. Filsafat Pendidikan. (Bandung: Pustaka Setia, 1997) hal. 9-10
[2][2] Prof. Dr. Juhaya. Aliran-aliran Filsafat dan Etika. (Jakarta:Prenada Media.2005). hal. 5
[3][3] Hasbullah. Dasar-dasar Ilmu pendidikan (Jakarta:Rajawali Pers.2009) hal. 5
[4][4] Drs. Prasetya. Hal. 21
[5][5] Prof. Dr. HM. Said. Ilmu Pendidikan (Jakarta:Alumni.1998). hal. 10
[6][6] Drs. Prasetya. Hal. 23
[7][7] H.B. Hamdani Ali M.A M.Ed. Filsafat Pendidikan (Jakarta: Alumni.1998). hal. 10
[8][8] Prof. Dr. Made Pidarta. Landasan kependidikan. (Jakarta:Rineka Cipta. 1997). Hal.84
[9][9] http://www.sribd.com/doc/88644641/filsafat-pendidikn-pengantar.
[10][10] Prof. Dr. H. Ramayulis. Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta:Kalam Mulia.2008). hal. 17
[11][11] Prof. Dr. Umar Tirtarahrdja & Drs. S.L. La Sulo. Pengantar Pendidikan (Jakarta:Rineka Cipta.2005). hal. 51
[12][12] Dr. H. Abuddin Nata, M.A. Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta:Logos Wacana Ilmu.1999).hal. 16
[13][13] Prof. Imam Barnadit M.A Ph.D. Filsafat Pendidikan (sistem & metode) (Yogyakarta: Andi Offset.1990). hal. 26
[14][14] http://www.scribd.com/doc/88644641/filsafat-pendidikan-pengantar
[15][15] Drs. Burhanuddin Salam. Pengantar Filsafat (Jakarta:Bumi Aksara.1995). hal. 77
[16][16] Drs. Ali Saifullah M.A. Antara Filsaafat dan Pendidikan. (Surabaya: Usaha Nasional. Tanpa tahun). Hal. 120

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Contoh Surat Pengunduran diri, resign

....................., 9 Februari 2017 Kepada, Yth,............................. Dengan Hormat Melalui surat ini saya selaku ka...